Minggu, 03 Mei 2020

MENYAPA MALAM 3


Hari ini aku menyapa
gelap dan sunyi malam
tanpa rasa dendam
Bukan tentang lebih suka,
karena malam bukan pilihan
Aku belajar tentang gelap...
yang tidak selalu berarti diam
Melainkan suatu masa tanpa cahaya
Harus dilewati, harus dijalankan

Tidak memberi jeda kepada indera,
untuk berlatih peka,
menjadikanku terbiasa.
Dan mengenalnya,
membentuk rasa nyaman.
Dalam derajat tertentu,
aku bisa menciptakan keindahan
dari rasa syukur
Bahkan di kesunyian
Membuatku lebih nyaring bersenandung
Karena tersedia kekuatan yang melimpah ruah.

Mendengar sapaan,
dari kedalaman sukma
Mampu melepas tumpukan rasa
Yang tertawan di dinding jiwa
Sapa yang mengingatkan
bahwa cahaya itu tetap disana,
menuntun dan memaniku berjalan
Meskipun tidak terlihat

*Indie 26/02/18

Kamis, 05 Maret 2020

MEMAINKAN MUSIK HIDUP


Tahun ini saya kembali menikmati Java Jazz Festival, yang digelar dari tanggal 28 Februari s/d 1 Maret 2020. Agenda rutin musisi jazz indonesia yang berbagi panggung dengan musisi jazz mancanegara, di kota jakarta. Sejujurnya, tujuan saya selalu mengagendakan untuk hadir adalah berjumpa dengan beberapa teman lama yang memiliki selera musik serupa dan menikmati pertunjukan dari panggung ke panggung bersama. Meskipun belum pernah bisa selama tiga hari berturut-turut datang, hanya satu hari, dan biasanya hanya hari sabtu. Tapi selalu berusaha mengalokasikan waktu dan dana untuk kebutuhan itu. Disamping merawat pertemanan juga menjadi bagian merawat kesehatan jiwa. Menghadiahi diri sendiri dengan bonus belajar dari teman-teman yang bakal bisa bareng-bareng dengan waktu yang cukup lama. Mendengar cerita, opini dan pengalaman mereka, adalah hal yang menarik. 

Lebih dari itu, saya juga menemukan pelajaran yang ternyata mirip dengan praktek keseharian hidup, dalam setiap pertunjukan, terutama pada waktu menyaksikan permainan instrumen musik dalam jumlah besar atau biasa disebut orkestra. Ada beberapa keharusan yang harus dipatuhi, bukan hanya untuk sebuah eksistensi maupun dedikasi, tapi hal lebih penting pun ternyata harus dilatih dan dikembangkan, yaitu karakter. 

Orkestra berarti mendengarkan. Untuk bisa bermain bersama pasti mereka adalah orang-orang yang telah melatih diri untuk saling mendengarkan dengan rendah hati. Karena saat bermain bersama satu-satunya hal pertama yang harus dipatuhi adalah saling mendengarkan. Itu yang saya rasakan pada waktu berlatih tim komplit, pun dengan lagu yang sederhana, tetap harus saling memperhatikan baik nada maupun isyarat. Mendengarkan adalah kasta tertinggi dari seluruh kemampuan indera yang dimiliki manusia. Karena lewat pendengaran kita melihat, meraba, merasa, juga bersuara. Kita perlu menutup semua indera dan mendengarkan, jeda untuk suara, peralihan sebuah suasana. Belajar mendengarkan orang lain, menjadikan kita tidak egois tanpa harus menjadi apatis. 

Orkestra berarti kepatuhan. Menyisihkan sepersekian menit untuk mempelajari repertoar yang berlembar-lembar. Membunyikannya dengan tepat dan benar. Berlatih keras dalam hitungan jam, hari, minggu, dan bulan untuk menghasilkan sebuah komposisi yang pas. Mengalunkan instrumen setepat yang ingin diceritakan oleh pencipta lagu dengan indah dan merdu. Bermain orkestra seperti bermain seni peran. Setiap tokoh dituntut patuh kepada konsekuensi peran yang mereka pilih. String section memproduksi nada dengan menggesek alat musiknya, brass section menyelaraskan dengan meniupnya, ryhtme section 

menyeimbangkan dengan memukul dan menekan nada sampai tercipta melodi yang sempurna. Orkestra juga berarti patuh kepada ayunan tongkat konduktor, sepatuh tangan-tangan yang ada di bawah kepemimpinan yang pas untuk bisa selaras. Patuh disini berarti tahu porsi, bukan berarti menolak segala kemungkinan improvisasi. 

Setiap pemain musik, meskipun sudah ahli sekalipun, jika bergabung dalam orkestra harus tetap patuh untuk hasil yang sempurna. Ada peran yang harus dimainkan, ada aturan yang harus dijalankan dan bertanggungjawab atas kepatuhan yang sudah pilih dengan sukarela. 

Orkestra berarti memaafkan. Setiap saat ada kemungkinan salah, tertinggal, terlalu cepat dalam memainkan nada. Setiap saat selalu ada kemungkinan yang merusak perjalanan sehingga harus diulang dari awal. Bermain musik yang berbeda secara bersama, adalah melatih kesabaran dan empati, bersedia berjalan mundur, menulusuri lagi dari awal, memperhatikan yang tertinggal dan melambatkan tempo. Lalu belajar merangkak lagi sebelum akhirnya berlari. Mungkin bagi beberapa yang sudah mahir, dalam proses ada yang tidak sabar. Tapi mereka juga harus bersedia memaafkan dan menaklukkan keinginan, demi tujuan kesempurnaan pertunjukan. Melalui semua itu, setiap pemain sadar bahwa ketika belajar, kesalahan ada memang untuk dimaafkan dan diarahkan, bukan dihentikan. 

Mungkin kesalahan orang lain membuat kita bosan dan menguji kesabaran, tapi tidak menutup kemungkinan kesalahan diri sendiri yang kadang melelahkan. Tapi yang lebih penting dari itu, setiap pemain tetap mau belajar, sehingga dapat memulai lagi ketika sudah lelah dan ingin berhenti. 

Ada kadar keseimbangan yang harus dicari dan ditemukan untuk mencapai kepuasan tertinggi. Karena pada dasarnya manusia itu terdeterminasi. Seperti anak kecil yang mengukur tinggi, selalu ada yang tidak puas jika diukur lebih kecil. Mungkin kita pernah menjumpai hal yang sama pada masa kanak-kanak, paling tidak melihat mereka melonjak-lonjak, berusaha mencapai batas dengan cara mereka yang terlihat lucu. Mungkin dengan minum vitamin, olah raga basket, renang, yang mereka percaya bisa menambah tinggi badan dengan cepat, lalu beradu siapa paling cepat tinggi. Dalam dunia pertunjukan, vitamin yang ditelan biasanya dalam wujud kesempatan. Untuk bermain lebih tinggi, dan bersinergi lebih luas. Karena kesempatan, bukanlah sesuatu yang diberikan melainkan sesuatu yang didapatkan. Terus belajar mengukur dan mengasah kemampuan dan berusaha mendapat kesempatan. Itu sebabnya orkestra juga berarti pengukuran. 

Badai dinamika dalam sebuah permainan musik adalah ujian yang membuat kita mengenali karakteristik pemainan kita untuk kemudian dapat memposisikan diri. Sehingga bisa menghasilkan karya musik yang harmonis, indah dan megah dalam presisi. Ada bagian-bagian lagu yang memposisikan kita untuk vokal dan menguat, di lain waktu menempatkan kita untuk samar dan mengiringi. Adakalanya setiap pemain beradu strategi mengalahkan rasa takut dan selalu percaya diri. meskipun sebenarnya dibalik rasa percaya diri, terselip rasa takut yang bahkan paling besar di dunia. Takut mengecewakan, takut tidak berarti, takut tidak diapresiasi. Tapi proses bermain bersama mengajari kita untuk mengendalikan diri dan emosi atas rasa yang muncul dalam setiap situasi. Sesungguhnya tidak ada orang yang benar-benar percaya diri, yang ada hanya orang yang rasa takutnya terkendali. Itu sebabnya orkestra berarti pengendalian. 

Pertunjukan orkestra tidak akan berarti ketika hanya dimainkan oleh pemainnya sendiri, mereka harus melibatkan penonton untuk meyakinkan bahwa pesan dari permainan musik itu sampai dan dapat dinikmati. Penikmat musik sejati adalah orang yang mau belajar. Bukan hanya menyaksikan pertunjukan hebat yang bermandikan peluh, tapi bisa merasakan nyawa dari musik itu secara menyeluruh, sehingga bisa menangkap bukan karena siapa yang memainkan, tapi apa yang sedang disampaikan. 

Kemampuan untuk bisa bermain musik adalah sebuah pemberian, itu sebabnya orang-orang tertentu melakukannya karena panggilan atau dikenal dengan bahasa kekinian pasion, sehingga mereka memiliki dedikasi yang tinggi dan memberi inspirasi bagi banyak orang, karena mereka bisa mengakomodasi semua kepentingan tanpa harus mengorbankan siapapun. 

Hidup kita seperti pemain musik yang tergabung dalam sebuah orkestra. Peran apapun yang kita ambil dalam hidup, harus diusahakan sedapat mungkin tidak lepas dari arahan konduktor kehidupan. Mengucapkan, menyuarakan dan melakukan gerakan-gerakan dengan tepat dan seharusnya, jika tidak akan merepotkan diri sendiri dan orang-orang disekitar kita, sesama pemain dan membingungkan penonton. Menikmati berbagai proses untuk saling memahami, dengan mendengarkan, memaafkan dan pengendalian diri. Tanpa kehilangan sebuah keyakinan, bahwa hidup kita akan berakhir dengan indah sesuai rencana konduktor kehidupan. Dan pada akhirnya, peran apapun yang kita pilih, dapat menyisakan akhir yang bahagia. Baik bagi diri sendiri maupun orang lain disekitar kita, di dunia. 

Bukan hanya pemain yang berperan mengirimkan nyawa untuk setiap lagu kepada penonton, penonton sejati pun memiliki peran yang sejajar. Penonton sejati mampu menikmati nyawa sebuah permainan musik, mereka bisa mempersembahkan apresiasinya yang oleh pemain ditangkap sebagai energi yang luar biasa besar, sehingga membangkitkan kepercayaan diri untuk memunculkan permainan terbaiknya. 

Tidak harus sependapat tentang apa yang saya tulis, tapi yang pasti ketika kita mengibaratkan kehidupan seperti pertunjukan musik, baik sebagai pemain atau penonton, akan selalu menyimpan kisah tentang kebersamaan. 


Mari mainkan musik hidup kita seindah dan sesempurna arahan sang konduktor hidup, sehingga harmoninya bisa dinikmati oleh siapapun yang ada disekitar kita, dari sang konduktor, sesama pemain hingga penonton. 

*Indie 01/03/2020

RAYAKAN HIDUP

Beberapa tahun lalu, tepatnya September 2013 saya ada kesempatan main ke Bandung selama 3 hari 2 malam, bersama rombongan karyawan tempat adik saya bekerja. Ada beberapa tujuan, salah satunya Transmart, yang pada waktu itu masih sangat hapening, jadi bisa dibayangkan, sangat ramai dan berjubel dengan pengunjung, dari dalam dan luar kota. Saya lebih memilih menikmati pertunjukan yang sudah dipersiapkan sesuai jadwal, pada hari dimana kami ada disana, dibanding memacu adrenalin dengan wahana yang tersedia. Di samping karena waktu itu sedang recovery pasca operasi siku tangan kiri yang dislokasi tulang karena jatuh. Tapi alasan sebenarnya memang saya kurang tertarik dengan wahana, karena reaksi psikologi ke tubuh sangat berlebihan, manifestasinya bisa pusing, mual, dan muntah, kata yang tepat mungkin adalah nyali yang ciut. 

Dari beberapa pertunjukan yang saya nikmati ada yang sangat menarik perhatian saya, yaitu pertunjukan bertabur talent, yang dikemas dalam bentuk drama. Kalau mungkin anda mengingat acara Indonesia's Got Talent di salah satu siaran televisi swasta, mungkin ada beberapa diantara mereka adalah hasil audisi yang dipekerjakan disana, tapi saya hanya menebak, karena ada beberapa adegan pertunjukan oleh pemain ahli yang pernah saya saksikan. Sangat menegangkan (sebenarnya) tapi karena ada cerita jadi menarik. Waktu adalah kali pertama saya menonton pertunjukan semacam itu secara langsung, yang membuat saya menangkap beberapa hal yang sangat mirip dengan kehidupan sehari-hari. 

Ada seorang pemimpin pertunjukan yang berperan sebagai pemandu acara sekaligus pengatur ritme pertunjukan. Hal yang juga kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Di keluarga, di lingkungan sosial, komunitas atau pekerjaan, akan selalu ada dan butuh seseorang yang memainkan peran serupa. Seorang pemimpin, pengatur, koordinator dan pemandu kebersamaan. 

Ada waktu dimana kita mendapat kesempatan menjalani peran seperti itu, kadang kita hanya bisa menanti dan berharap mendapat kesempatan itu. Mungkin kita lebih sering melihat orang lain yang diberi kesempatan itu, atau menyaksikan beberapa orang saling berebut untuk mendapatkannya. 

Ada beberapa yang bermain tali dalam pertunjukan itu, yang harus merambat pelan naik ke atas dengan seutas tali, menggenggamnya erat, menarik tubuh, melawan gravitasi, untuk menanjak, di pertengahan jalan, kadang tali akan digulung membelit tubuh mereka, lalu berayun dan berpindah ke tali lain untuk meraih satu puncak pertunjukan. Mereka harus melakukan setiap gerakan dengan tepat, jika tidak mereka akan cidera. 

Sama seperti hidup. Kita berlomba mendorong diri, menuju ke atas, memanjat tali kehidupan, meraih kemajuan dengan prestasi pendidikan, jenjang karir, dll. Adakalanya jalur itu tidak lancar, kadang ia berbelit, kadang berayun dan memaksa kita pindah menggenggam tali lain. 

Ada juga pemain keseimbangan, biasanya mereka berpasangan. Dua orang, saling mendukung, saling menguatkan. Kadang satu di bawah, yang lain bertopang di atasnya. Namun keduanya adalah pasangan, yang harus memerankan bagian masing-masing sebaik dan setepat mungkin, sesuai kesepakatan untuk tujuan keberhasilan pertunjukan. 

Sama seperti hidup, manusia selalu butuh manusia lain untuk berpasangan, butuh dukungan, dorongan, sandaran untuk bisa menjulang. Kadang menjumpai situasi tidak sepaham, tapi harus tetap berjalan karena kesepakatan keduanya dan tujuan yang sama. 

Bagian dari pertunjukan itu, ada pemain roda baja bertopang di ketinggian. Di dalam roda itu dia berlarian, berputaran, berloncatan ke depan, balik ke belakang. Kadang dia membuka mata, tidak jarang lompatan dilakukan dengan mata terpejam. Hanya berpegang pada sebuah keyakinan. 

Dalam hidup pun demikian. Kita harus terus berputar dalam roda dunia, dan kita di dalamnya berlarian. Berusaha mengikuti putaran, terkadang mempercepat rotasinya, tidak jarang tersengal karena kelelahan. Kadang kita dapat berjalan penuh kepastian, di lain waktu kita harus rela mengikuti laju roda berdasar keyakinan. 

Masih dalam pertunjukan, didalamya ada joker sang pelawak, yang muncul di tengah-tengah pertunjukan dengan, pakaian unik dan tingkah konyol, mereka menyediakan diri untuk ditertawakan. Meskipun mungkin di balik make-up tawa manis khas badutnya ada derita, dia tetap harus menjalankan tugasnya, memecah suasana menjadi kembali santai, membuat penonton tertawa, dan tetap menikmati pertunjukan yang sempurna dengan bahagia sampai selesai. 

Begitu juga hidup. Kadang kita perlu mentertawakan penderitaan kita, melihat sekeliling, memperhatikan gaya hidup sesama, pandangan mereka, bahkan cara perpakaian mereka lalu tertawa. Untuk kembali menetralkan bahwa hidup tidak harus se-ideal yang kita mau, karena yang kita perlukan adalah kekuatan untuk bukan sekedar melanjutkan hidup, tapi menyelesaikannya dengan baik, setepat arahan sang pemimpin kehidupan. 

Saya menjumpai berberapa adegan dan peran dalam pertunjukan tersebut mirip dengan keseharian hidup. Bahwa sesungguhnya hidup kita mirip dengan sebuah pertunjukan dengan kisah sepanjang hidup didunia ini. Peran apapun yang kita ambil dalam hidup, usahakan tidak lepas dari arahan sang pemimpin atau pemandu kehidupan. Mengucapkan, menyuarakan dan melakukan gerakan-gerakan dengan tepat dan seharusnya, jika tidak akan membahayakan diri sendiri dan orang-orang disekitar kita. Ada proses yang menyulitkan yang membuat kita menangis. Ada waktu dimana harus mentertawakan penderitaan dari sepenggal kisah yang sementara. Tanpa kehilangan sebuah keyakinan, bahwa hidup kita akan berakhir dengan indah sesuai rencana pemimpin kehidupan. Dan pada akhirnya, peran apapun yang kita pilih, usahakan menyisakan akhir yang bahagia. Bagi kita maupun orang lain disekitar kita, di dunia. 

Nikmati prosesnya, rayakan setiap waktu dan kesempatan yang kita miliki, sehingga semakin hari kita bertumbuh menjadi pribadi yang pandai mencari alasan untuk bersyukur, bukan mengeluh.

*Indie 01/01/2017

Selasa, 14 Januari 2020

KIAN MEMBURUK

Rancangan Tuhan berbeda dengan rancangan manusia. Tuhan memiliki rancangan yang sempurna, tetapi manusia tidak dapat menyelami pikiran-Nya dan seringkali membuat kita salah mengerti atas rencana Allah dalam hidup kita. 

Sama seperti umat Israel dalam Keluaran 5:1-23. Awalnya mereka merasakan rencana Allah sangatlah tidak tepat karena justru menimbulkan persoalan yang makin hari makin berat dan keadaan kian memburuk. 

Bahkan Musa sendiri merasa keputusan Allah memilihnya sebagai utusan adalah sesuatu yang kurang tepat, karena dipersalahkan menjadi biang atas penderitaan yang dirasakan umat Israel. 

Tapi ketika semua rencana Tuhan itu dijalani dengan taat, maka Israelpun muncul sebagai umat pemenang, bahkan lebih dari pemenang. Karena mereka bukan hanya berhasil keluar dari tanah Mesir namun juga sukses masuk ke tanah perjanjian. 

Hal yang sama sering terjadi dalam hidup kita saat ini. Sebagai umat yang telah dibebaskan dari dosa dan hidup dalam ketaatan. Waktu kita melakukan kebaikan atau hal apapun sebagai wujud ketaatan, seharusnya kita tidak terkejut ketika keadaan berubah kian memburuk sebelum itu berubah menjadi baik. Karena hal itu tidak membuktikan bahwa kita telah melakukan sesuatu yang salah, hanya sebagai pengingat bahwa kita membutuhkan Allah untuk menyelesaikan segala sesuatu. Karena Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Tuhan mau mengolah segala yg terlihat kacau balau, rusak, semrawut dlm hidup kita, dan menjadikannya untuk kebaikan. 

Dalam bahasa asli kebaikan adalah Agathos yang berarti rohani dan karakter, sangat berbeda jauh dengan kenyamanan yang mungkin selama ini kita bayangkan. 

Memberi kenyamanan (miskin jadi kaya, sakit jadi sembuh, hutang lunas, naik jabatan, dll) adlh hal yang mudah bagi Allah, bahkan tidak membutuhkan kerjasama kita. Tapi fokus Allah adalah iman dan karakter kita bertumbuh. 

Mari kita setiap hari menggali kebenaran yang oleh amsal digolongkan sebagai harta yang tersembunyi, yaitu hikmat dan pengetahuan.


Akulah TUHAN, Aku akan membebaskan kamu dari kerja paksa orang Mesir dan menebus kamu dengan tangan yang teracung dan dengan hukuman-hukuman yang berat.
Keluaran 6:6

*24092019

Kamis, 09 Januari 2020

MENYAPA MALAM 2

(Tentang Aku dan Kehilangan)

Baru beberapa waktu yang lalu aku melatih diri menyapa malam,
Menyebutnya sebagai keindahan Salah Satu proses rotasi bumi

Malam itu menjadi Malam paling mencekam dan menakutkan melebihi malam-malam yang pernah aku catat
Rasa yang mematikan saling beradu,
Rasa yang kusebut takut,
Rasa yang kusebut kecewa,
Rasa yang kusebut Sesak

Tiba-tiba aku menemukan kedalaman makna sebuah frase yang selama ini terlewatkan, ketika membacanya
langit runtuh,
Awan gelap,
dan ditinggalkan sendiri

Terjaga sepanjang malam, mengharap pagi, dan kembali takut,
berharap malam segera datang hanya untuk sebuah kesesakan.

Rasa kehilangan yang begitu membebani ini ada...
karena aku merasa memiliki dan berhak atas sesuatu yang adalah titipan-Mu

Ketika dengan cara apapun diambil dari padaku
kusebut itu sebagai musibah,
kusebut itu sebagai ujian,
kusebut dengan panggilan apa saja untuk melukiskan penderitaan

Malam itu penyerahan menjadi sebuah intimidasi
Bahkan keahlianku mengampuni pun tidak melelehkan pekatnya tuduhan dalam batin
Air matapun tidak mampu menggambarkan rasa yang tak terpahami

Kalau beberapa waktu sebelumnya aku masih berani berucap

Dalam gumam dan doa kutolak sakit, kutolak kekurangan,
Supaya aku tidak dinilai seolah semua “derita” adalah hukuman bagiku
Menuntut keadilan dan kasih-Nya harus berjalan seperti matematika :
Aku rajin beribadah,
Aku rajin melayani,
Dengan segenap hati aku taat melakukan kebenaran yang aku tahu
maka selayaknya derita menjauh dariku dan hanya kenikmatanlah yang mendampingiku

Membawa deretan keinginan dalam doa dan permohonan,
Bahwa Dia yang berdaulat akan membalas “kelakuan baikku”,
dan menolak keputusan-Nya yang tidak sesuai keinginanku,

Padahal setiap hari aku berucap
setiap hembusan nafasku untuk memuliakan-Mu
Bahwa hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah
Bahwa segala milikku adalah milik-Mu

Kalau hari ini aku masih kuat, Karena
Kembali diperhadapkan pada arti "Berserah" dalam dimensi utuh
Tanpa daya, ingin dan apapun yang tersisa dari seorang aku
Selain kata yang tersumbat dalam batin
"Aku berserah, yang kali ini berarti aku tidak tahu, aku tidak mampu, aku bukan Engkau”

Hanya Engkau saja Tuhan... dan aku hanya ciptaan... lalu bersujud

*30/04/2016

Selasa, 29 Oktober 2019

PENERIMAAN


Hidup adalah proses belajar dan proses perubahan, ketika kita merasa lelah kemudian memutuskan untuk berhenti belajar dan berubah artinya kita sedang menghentikan hidup.
Menyadari kekurangan menjadi satu alasan baik yang mendorong kita merasa butuh untuk belajar dan berubah. Kita akan rajin mengevaluasi kekurangan kita dan semangat mencermati sisi baik orang lain dan belajar dari kebaikan itu. Hal semacam ini menawarkan satu pola yang membuat hidup kita bersemangat. Bahkan dalam proses belajar, kita mendapat bonus keahlian menjadi pendengar yang baik, kemampuan mengelola emosi, mengelola reaksi dan mengendalikan diri melalui perkataan serta perilaku.
Sayangnya, tidak banyak orang yang menerapkan pola belajar semacam ini, tetap memiliki alasan dengan kata yang sama, hanya beda penempatan “mencari sisi buruk orang lain dan mengevaluasinya sebagai kekurangan”. Sensasi yang ditimbulkan hanya kepuasan sesaat jika kebetulan kita bisa menepuk dada karena merasa lebih baik, tapi hasilnya sudah jelas bahwa hal itu tidak bermanfaat untuk mengubah hidup, jika kita tidak belajar apapun.
Saya sering terlibat perbincangan dengan beberapa (banyak) orang, baik yang sudah lama kenal maupun yang baru kenal. Saya sering terbentur dengan perbedaan cara pandang, 
Meskipun mungkin tidak terlalu banyak yang bisa kita jumpai disekitar kita, paling tidak itu adalah fakta yang menjadi hasil dan bonus dari orang yang tidak pernah berhenti belajar untuk berubah.
Beberapa dari kita paham, ketika kita masuk dalam sebuah kelompok atau komunitas atas nama apapun, yang didalamnya menawarkan penerimaan pasti akan menghasilkan hubungan baik dan langgeng.
Saya pernah tergabung dalam sebuah obrolan yang pada awalnya membuat saya merasa nyaman dan nyambung, bergerak dan mengikuti aliran spontan, seru dan natural, menurut penilaian saya, hal itu mungkin karena didalamnya ada unsur penerimaan antara satu dengan yang lain, sehingga dalam beberapa saat saya sudah belajar banyak hal.
Itulah kehidupan, penerimaan tanpa syarat antara satu dengan yang lain, akan membuat tiap-tiap individu merasa nyaman untuk belajar banyak hal dan mengalami perubahan.
Kita bisa menerima orang lain dengan kasih karena kita merasa sudah diterima dengan kasih oleh sang maha kasih, dan kasih yang sempurna selalu mampu menyatukan segala bentuk perbedaan. Sehingga tiap-tiap orang akan menjadi teladan perubahan bagi siapapun yang membutuhkan.

Indie 11/10/2019

Rabu, 25 September 2019

MENGHARGAI PEMBERIAN


Tuhan menciptakan segala sesuatu dengan kualitas sungguh amat baik. Meskipun pada waktu Tuhan mencipta hanya dengan perkataan tapi Dia begitu detail memperlengkapi setiap ciptaan-Nya dengan sesuatu yang spesial, sehingga mereka dapat menikmati proses keberlangsungan hidup. Lingkungan dimana mereka hidup, cara memanfaatkan keberdayaan diri dan fungsi yang dimiliki bagi sesama, semua sudah Dia tetapkan dengan begitu rupa.

Sebut saja kelelawar, diciptakan dengan jenis mata faset, oleh ilmu pengetahuan mata faset dijelaskan sebagai mata majemuk yang umumnya dimiliki Arthropoda seperti mata serangga maupun mata krustasea, yaitu mata dengan bentuk unit berulang (ommatidia : mata omaatidium) yang masing-masing memiliki fungsi sebagai visual reseptor terpisah, untuk menangkap berkas-berkas cahaya. Jenis mata tidak memungkinkannya untuk melihat jauh, apalagi pada malam hari. Uniknya, Tuhan  mencipta kelelawar justru untuk hidup di tempat gelap dan terbang pada malam hari. 
Bayangkan jika kelelawar berpikir bahwa sumber kekuatannya hanya pada penglihatan. Ia pasti tidak akan pernah terbang karena takut menabrak benda-benda keras yang dapat melukainya. Ia tidak dapat mencari makanan dan tempat tinggal, lalu akhirnya mati. 
Ternyata Tuhan  memberinya kelebihan lain, yang disebut ekolokasi, suatu kemampuan memperkirakan jarak benda dengan mendengarkan pantulan bunyi yang berfrekuensi tinggi, sehingga kelelawar dapat terbang cepat tanpa takut menabrak berbagai benda.

Dan Kucing, yang sering kita jumpai, dialam aslinya, untuk mempertahankan hidup ia harus berburu pada malam hari, untuk itu kucing membutuhkan kemampuan untuk melihat dengan baik dalam kondisi gelap. Dan dia bisa melakukannya dengan sangat baik, jauh melebihi manusia.
Kemampuan itu dimiliki kucing karena di bagian belakang mata kucing ada tapetum lucidum. Organ yang mirip cermin ini dapat memantulkan cahaya yang membantu kucing untuk melihat dalam gelap. Tapetum lucidum ini juga membuat mata kucing dapat menyala di dalam gelap.
Tetapi ini tidak berarti kucing bisa melihat dalam gelap gulita. Kucing tetap memerlukan cahaya walau tidak banyak. Kucing hanya membutuhkan sekitar 20 persen cahaya yang dibutuhkan manusia untuk melihat.
Dengan kemampuan yang luar biasa ini, ia bisa menangkap buruannya yang berkeliaran pada malam gelap atau mencari yang bersembunyi di dalam kegelapan, kucing tanpa memerlukan bantuan cahaya.

Menurut penelitian kucing juga tergolong hewan dengan pendengaran yang sangat peka, lebih dari pada manusia dan anjing. Pendengaran anjing memang lima kali lebih tajam dari manusia, tetapi pendengaran kucing dua kali lebih tajam dari anjing.
Jika anjing bisa mendengar suara yang sangat rendah, kucing bisa melakukan lebih baik. Jika anjing bisa mendengar suara yang sangat tinggi, kemampuan kucing lebih baik lagi. Kupingnya tidak hanya mampu mendengar suara yang sangat pelan, tetapi juga suara sangat tinggi, yang tidak dapat di terima manusia.

Kemampuan ekolokasi pada kelelawar, tapetum lucidum pada kucing, makanan untuk burung gagak dan pakaian indah untuk bunga bakung, adalah hal yang menunjukkan bahwa Tuhan selalu memperlengkapi setiap ciptaan sesuai dengan kebutuhan yang mereka perlukan untuk hidup. 

Jika ciptaan lain DIA perlengkapi begitu sempurna, apalagi manusia (kita), yang diciptakan bukan hanya dengan perkataan, tapi dengan sebuah perencanaan yang matang, Tuhan pasti juga akan memperhatikan dan memperlengkapi kita dengan segala hal terbaik.

Jangan habiskan waktu hanya untuk mempertanyakan apa yang tidak kita miliki. 

Tuhan tidak pernah salah menempatkan kita dengan berbagai persoalan yang ada. DIA menyediakan segala hal yang melampaui keterbatasan kita, sehingga kita cakap menanggung segala sesuatu dan hidup kita menyatakan kebesaran-NYA.

Indie 22/11/18 




Abigail Indiana

Foto saya
I am a product of GOD's Grace. Single, Simple person but will always be an extraordinary person. Just a nature, Truth lover, jazzy lover, coffee lover. Selalu mendefinisikan setiap fase hidup dengan ucapan syukur. I love my beloved Savior, He loves me unconditionally.