Minggu, 09 Agustus 2009

Gaya Hidup Seorang Penyembah

Gaya Hidup adalah perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas, minat dan opini khususnya yang berkaitan dengan citra diri untuk merefleksikan status sosialnya.

Kita mudah mengatakan seseorang bergaya hidup mewah atau bergaya hidup sederhana berdasarkan apa yang kita amati dari apa yang dipakainya, kemana dia berbelanja, dimana dia menghabiskan waktu senggangnya, bagaimana rumahnya, dan sebagainya.
Kalau seseorang mengatakan “penyembahan sebagai gaya hidup”, beberapa orang mempunyai gambaran tentang orang yang sehari-harinya banyak menghabiskan waktunya dengan Tuhan melalui nyanyian pujian, melatih keterampilannya, banyak menyendiri untuk berdoa, bermain alat musik, entah di pekarangan rumah, di kamar, dan ia seorang yang senang menyanyi dan memutar kaset atau cd, melakukan pelayanan-pelayanan di gereja.
Bagaimana kita dapat mengatakan seseorang atau diri kita sendiri memiliki gaya hidup sebagai seorang penyembah?
Ada banyak kisah tentang seorang pelayan Tuhan yang sebagian waktunya untuk melantunkan pujian dan memainkan alat musik dengan suatu maksud menjadikan penyembahan sebagai gaya hidupnya, namun di tengah perjalanannya justru mereka tidak menemukan kuasa dari penyembahannya. Menyanyi dan memainkan instrument lambat laun hanya menjadi hal yang menyenangkan namun tidak membawa dampak.
Kadang-kadang sekalipun telah mengangkat beberapa pujian, kita merasa mengalami kesulitan mengalir dalam hadirat Tuhan. Seakan-akan penyembahan menjadi sekedar lagu-lagu yang bagus syairnya karena memang kita senang menyanyi. Kita merasa agak kecewa, apakah Tuhan tidak berkenan?
Gaya hidup seorang penyembah adalah saat banyak hal terlintas dalam pikiran kita, dengan sangat mudah kita dapat mengkomunikasikan pikiran-pikiran itu kepada Tuhan. Seiring dengan kesibukan-kesibukan kita, setiap kita menyanyi dan menyembah, serasa hadirat Allah itu menyelimuti bahkan di setiap perjalanan di dalam bus, angkot, mobil, motor mudah sekali kita merasakan hadirat Tuhan walau hanya dengan mendengarkan lagu-lagu dari handphone, mp3 player.
Sementara kita melakukan hobby, olah raga, berkebun, memasak, dll, mudah sekali hati kita terangkat untuk bersyukur dan bersukacita karenaNya dan mendapat ide-ide baru dalam kepekaan roh. Sehingga ketika kita ada dalam kondisi pekerjaan yang padat dan menyita sebagian besar waktu keseharian kita. Kita dapat lebih merasakan keterlibatan hadirat dan kuasa Tuhan jauh-jauh lebih besar, tiada hari tanpa pertolongan Tuhan yang datang dari kepekaan roh kita kepada tuntunan dan hikmat Tuhan. Hati kita mudah merasakan jamahan Allah yang istimewa.
Seorang penyembah selalu bekejerja, ketika bekerja ia selalu melibatkan Allah. Seorang penyembah selalu berjuang, ketika berjuang ia menyanyi. Seorang penyembah selalu berbuah dan buahnya menjadi berkat bagi keluarganya, perusahaan, lingkungan dan gerejanya.
1. Ketika kita memutuskan untuk lebih memberi waktu dan memberi diri sebagai imam musik atau pemuji, pastikan hal itu tidak didominasi karena hobby, dan waspadalah akan “kemalasan” yang hanya akan menjauhkan kita dari kuasa penyembahan itu sendiri.
Orang malas tidak akan menangkap buruannya, tetapi orang rajin akan memperoleh harta yang berharga. (Amsal 12:27)
2. Kita tidak mengurung penyembahan ke dalam suatu kotak lalu kita masuk ke kotak itu dan menutup kotak itu, melainkan kita harus membawa penyembahan itu keluar, kemana pun kita pergi. Sebab kita menyembah Dia dengan roh kita.
3. Penyembahan itu menjadi gaya hidup bila penyembahan tidak mengusir kesibukan kita, melainkan menjadi inspirasi dan kekuatan kita untuk berkarya lebih banyak lagi, bahkan membawa keberhasilan dalam tugas-tugas kita.
4. Bayangkan betapa dahsyatnya urapan yang terjadi pada pelayanan di 1 hari minggu, setelah selama 6 hari penyembahan itu dibawa oleh seluruh anggota tim musik dan pujian gereja kita ke tengah aktivitas mereka masing-masing.
Panggung gereja bukan tempat utama penyembahan, melainkan “tempat terakhir” setelah 6 hari pelatihan di dalam kehidupan sehari-hari.

PENYEMBAHAN SEJATI

Penyembahan sejati adalah mutiara yang langka dalam Gereja pada masa kini. Penyembahan merupakan suatu panggilan yang melampaui panggilan rasul, nabi, penginjil, pendeta, pengajar atau pelayanan lainnya. Panggilan untuk menyembah diberikan kepada setiap orang yang percaya, muda atau tua, dewasa atau belum dewasa. Allah mengharapkan dan memerintahkan umat-Nya untuk menyembah.
Salah satu masalah serius dalam Gereja pada masa kini adalah bahwa, walaupun penyembahan dituntut dari setiap orang Kristen, penyembahan hanya dialami oleh sangat sedikit orang. Sebagian besar orang percaya jarang sekali bahkan belum pernah memasuki suatu perjumpaan dengan Allah dalam penyembahan sejati.
Penyembah-penyembah sejati berpusat pada Allah bukan pada diri sendiri. Mengenai penyembahan, seorang hamba Tuhan dan juga pengajar yang bernama A. W. Tozer menulis: “Penyembah memiliki kesibukan yang abadi bersama Allah.” Inilah rahasia penyembahan yang penuh kuasa. Ketika kita masuk dalam penyembahan yang sejati, pandangan kita bukan pada diri kita sendiri tetapi perhatian kita tertuju ke Surga. Manusia diciptakan untuk menyembah Allah. Tuhan berkata: “Di atas segala mahluk yang telah Kubentuk, dan Kuciptakan, Kuberikan kepadamu satu hal terbesar bahwa engkau dapat menyembah-Ku dengan cara yang tidak dapat dilakukan oleh mahluk lain.” Kita ada di sini untuk menjadi penyembah terlebih dahulu dan kemudian menjadi pekerja.
Pekerjaan yang dilakukan oleh seorang penyembah akan memiliki kekekalan di dalamnya.
Tentang topik yang sama seorang yang bernama A. P. Gibbs mengeluarkan pernyataan: “Mutu penyembahan yang tidak menghasilkan pelayanan, dan pelayanan yang tidak mengalir dari penyembahan, keduanya berada jauh di bawah standar ukuran Ilahi.”
Juga seorang hamba Tuhan lain yang bernama T. Austin Spark berkata: “Awal dari segala sesuatu dalam hubungan dengan Allah adalah penyembahan; yaitu Allah mendapatkan tempat yang utama dan tertinggi dalam kepatuhan dan penyerahan diri kita sepenuhnya dalam setiap bagian dan keberadaan kita. Penyembahan dimulai di sana. Penyembahan adalah suatu hubungan, bukan sekedar pelaksanaan. Bukan sesuatu yang kita lakukan dengan cara-cara dan metode-metode tertentu; Penyembahan merupakan suatu sikap hidup, suatu tempat yang dimiliki Allah dengan segenap kesadaran.”
Sebagian besar dari kita menganggap musik dan penyembahan sebagai dua hal yang sama. Ini merupakan suatu konsep yang salah. Musik memang merupakan suatu bagian yang penting dalam penyembahan, tetapi penyembahan yang sejati mencakup jauh lebih dari sekedar musik.
Kenyataannya, beberapa tindakan penyembahan yang paling menonjol dalam Alkitab sama sekali tidak berhubungan dengan musik. Penyembahan adalah pemberian yang tidak ditahan dan dengan penuh kerelaan dari segala sesuatu yang kita miliki kita berikan kepada Allah karena kesadaran kita akan siapa Dia dan kelayakan-Nya.
Penyembahan bukanlah suatu ritual atau tindakan, melainkan suatu sikap hidup, di mana Allah mempunyai tempat pertama yang mutlak dalam pemikiran, kasih dan kesadaran seseorang. Allah memberikan prioritas yang tinggi pada penyembahan;
Tetapi Yesus berkata kepadanya: “Ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” (Lukas 4:8).
“Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian.” (Yohanes 4:23)
Salah satu masalah dalam penyembahan kita dibegitu banyak Gereja dewasa ini adalah bahwa kita cenderung terpaku pada musik, nyanyian, tarian, kibaran bendera, atau apa saja dan kehilangan wawasan tentang Allah. Terlalu sering kita mencari suatu pengalaman yang terpusat pada emosi dan bukannya perjumpaan berdasarkan pada kenyataan tentang Dia yang adalah: jalan, kebenaran dan hidup.
Dan bagi kebanyakan orang percaya “Penyembahan” lebih merupakan suatu acara atau pertunjukan daripada suatu perjumpaan ilahi di mana mereka bisa berpartisipasi secara pribadi.
Penyembahan yang sejati berfokus pada satu Pribadi dan hanya satu Pribadi saja, sebagai Bapa, Anak, dan Roh Kudus, hanya Dialah yang layak mendapatkan penyembahan kita. Dialah yang telah menciptakan langit dan bumi, bulan, dan bintang, dan menempatkan mereka di tempatnya masing-masing. Dialah yang membangun dan meruntuhkan kerajaan-kerajaan. Fokus penyembahan kita harus tertuju kepada Allah saja.

Charles Spurgeon pernah berkata: “Bahwa penyembahan adalah karya Roh di dalam jiwa untuk kembali pada penciptanya.” Penyembahan adalah respon kita terhadap kasih, anugerah, rahmat, kemurahan, dan kebaikan Tuhan. Mengenal Allah berarti menyembah Dia.
Di dalam suratnya kepada jemaat di Roma Rasul Paulus mengatakan:
“Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihat-Nya?
Atau siapakah yang pernah memberikan sesuatu kepada-Nya, sehingga Ia harus menggantikannya?
Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!
Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.”
(Roma 11:34-36, 12:1).
Segala sesuatu yang kita miliki, dan seluruh keberadaan kita, telah kita terima dari Allah. Segala sesuatu yang akan kita terima atau yang akan terjadi pada kita adalah dari Dia. Di dalam Dialah kita hidup, bergerak, dan memiliki keberadaan kita. Secara sederhana, penyembahan adalah penyerahan kembali segala sesuatu kepada Allah tanpa ada yang ditahan.
Lebih jauh, penyembahan adalah penyerahan diri kita sendiri kepada Allah tanpa syarat dalam kasih, dan ketaatan yang mutlak. Segala sesuatu dalam kehidupan kristen kita harus mengalir dari penyembahan. Mutu pelayanan dan kemuridan kita tergantung pada mutu penyembahan kita.

Allah secara aktif mencari penyembah-penyembah sejati.
Seorang penyembah yang sejati adalah sebuah mutiara yang langka.

PENYEMBAH YANG BENAR

“Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran” Yohanes 4: 24
Bukan secara kebetulan Yesus berada di dekat sumur Yakub dan murid-murid-Nya tidak ada di sana. Yesus menunggu kedatangan perempuan Samaria itu! Mungkin Yesus telah menunggu 1 jam, 3 jam, mungkin 5 jam. Ini adalah sesuatu hal yang sangat luar biasa, sebab di dalam dunia sekarang ini biasanya seorang pegawai yang menunggu seorang bos, bukan sebaliknya. Tetapi Tuhan Yesus merendahkan diri-Nya untuk menunggu seorang perempuan Samaria yang belum mengenal-Nya. Ketahuilah bahwa Yesus juga menunggu setiap kita dengan sabar lama sebelum kita mengenal-Nya!

Lalu Yesus memberikan dua pilihan kepada perempuan Samaria ini, minum air dari sumur Yakub atau minum air hidup yang ada pada-Nya. Yesus menjelaskan bahwa siapa yang minum air dari sumur itu akan haus kembali, tetapi sebaliknya siapa yang minum air hidup yang dari Yesus tidak akan haus untuk selama-lamanya. Air ini akan menjadi mata air di dalam orang yang meminumnya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal (Yohanes 4: 14).

Yesus berkata kepada perempuan Samaria ini bahwa penyembah-penyembah yang benar adalah mereka menyembah di dalam roh dan kebenaran sebab Allah itu Roh (ayat ke-23 dan 24). Penyembahan itu bukan tentang gaya menyembah, tempat di mana kita menyembah, ataupun musik-musik yang indah. Penyembahan adalah suatu gaya hidup, dan yang keluar dari dalam hati seseorang yang mengasihi Tuhan. Jikalau kita belum menyembah Tuhan di dalam roh, itu belum merupakan suatu penyembahan, itu mungkin hanya nyanyian indah yang keluar dari mulut kita.

Saat kita benar-benar mengandalkan Tuhan sepenuhnya, itu merupakan suatu penyembahan yang benar.
Ada perbedaan dari pujian dan penyembahan. Pujian adalah sesuatu yang kita naikan kepada Tuhan akan apa yang sudah Dia kerjakan di dalam hidup kita. Contohnya, doa kita yang sudah dijawab-Nya, penyakit yang sudah Ia sembuhkan. Tetapi penyembahan adalah sesuatu yang kita berikan kepada Tuhan akan hal yang belum kita lihat, yang belum terjadi. Kita menyembah bukan karena hasil yang sudah kita peroleh, tetapi karena kepribadian Tuhan. Walaupun keadaan kita susah, kita menyembah Dia, sebab kita tahu bahwa Allah itu mengasihi kita, dan Ia setia kepada janji-janji-Nya. Itulah penyembahan!
Di dalam ayat yang ke-4 dikatakan bahwa Yesus harus masuk melintasi daerah Samaria. Tetapi sebenarnya kalau kita pelajari benar-benar, Yesus tidak secara fisik masuk kota Samaria, tetapi Yesus masuk ke kota Samaria melalui seorang perempuan Samaria yang hidupnya sudah Tuhan ubahkan.
Tuhan Yesus menginginkan agar setiap kita memiliki hati seperti Dia, hati yang merindukan akan jiwa-jiwa. Perempuan Samaria ini juga mempunyai kerinduan terhadap jiwa-jiwa lainnya, ia membawa orang-orang di kota itu kepada Yesus. Dan pada waktu itu, banyak orang Samaria yang percaya kepada Yesus. Marilah kita juga mempunyai kerinduan kepada jiwa-jiwa, dan membawa mereka kepada Yesus.
“Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya” (Yohanes 4: 34).

Worship Inspiration (Inspirasi Penyembah)
  1. Engkau hanya bisa mengantar seseorang sejauh jalan yang pernah engkau lewati. Tugas seorang pelayan penyembahan adalah menjadi imam dan nabi bagi orang lain. Jika imam dan nabinya saja tidak memiliki kedekatan dengan Allah, bagaimana mungkin ia bisa mengantarkan orang lain untuk bertemu dengan Allah dan mewakili Dia untuk menyampaikan pesan bagi orang lain.
  2. Satu-satunya cara untuk meninggikan Allah yang Maha Tinggi adalah dengan membuat diri kita semakin rendah Daud pernah berkata bahwa ia akan menghinakan dirinya lebih lagi untuk memuliakan Allah. Daud tahu bahwa Allah sudah Maha Mulia dan tidak bisa ditambah lagi kemuliaanNya, itu sebabnya untuk membuat Allah bertambah mulia, ia membuat dirinya bertambah hina. Begitu pula jika Anda ingin meninggikan Allah yang sudah Maha Tinggi, satu-satunya cara adalah membuat Anda serendah mungkin. Itu sebabnya “worship” dalam budaya Israel diwujudkan dengan tindakan sujud bertiarap.
  3. Sama seperti mengasihi tanpa memberi, melakukan penyembahan tanpa persembahan adalah sebuah kemustahilan Penyembahan adalah sebuah tindakan pemujaan, dan setiap pemujaan selalu memiliki unsur pengorbanan. Dalam penyembahan akan selalu ada sesuatu yang dipersembahkan. Meski Allah tidak memandang persembahan apa yang kita bawa (karena ia lebih peduli dengan pribadi kita sebagai penyembah), tetap saja Anda membutuhkan sesuatu untuk Anda bawa sebagai persembahan saat Anda menyembah Dia.
  4. Kita akan menjadi sama seperti apa/siapa yang kita sembah Salah satu unsur yang terdapat dalam penyembahan adalah PELEBURAN. Anda akan menjadi satu, menjadi terkait, terkoneksi, dan menjadi serupa dengan apa/siapa yang Anda sembah. Jika seseorang mengaku menyembah Kristus tetapi ia tidak semakin serupa denganNya, maka jangan-jangan ia sedang menyembah yang lain.
  5. Jika kita menyembah Allah karena mengharapkan pertolonganNya. Penyembah berhala pun melakukan hal yang sama Perbedaan penyembah yang sejati dengan penyembah palsu adalah penyembah sejati datang dengan niat untuk memberi, berkorban, dan mempersembahkan sesuatu. Penyembah palsu datang dengan niat meminta, berharap, dan mengambil sesuatu.
  6. Penyembahan adalah RESPON atas eksistensi Allah Menyembah Allah artinya meresponi kehadiranNya dalam hidup kita. Jika kita hanya merespon Dia ketika berada di pertemuan-pertemuan rohani saja, maka kita belum menyembah Dia setiap saat. Penyembah sejati akan meresponi kehadiran Allah di dalam setiap detik kehidupanNya.
  7. Menyembah Allah bukanlah keahlian, menyembah Allah adalah panggilan hidup semua orang Banyak orang berkata bahwa para pelayan pujian & penyembahan adalah orang-orang yang ahli menyembah. Inilah paradigma yang salah. Menyembah Allah bukanlah bakat dan keahlian milik orang tertentu, menyembah Allah adalah “natural calling” kita. Setiap manusia lahir dengan tahta di hatinya untuk disembah dan tahta itu didesain untuk diduduki oleh Allah sang pencipta kita.
  8. Kemuliaan selalu didahului oleh Pengorbanan Dalam berbagai peristiwa di alkitab, kemuliaan Allah seringkali tercurah setelah ada orang yang memberikan persembahan sebagai korban kepada Allah. Menyembah Allah adalah tindakan pengorbanan agar kemuliaan Allah dinyatakan. Jika dalam hidup ini Anda belum pernah merasakan kemuliaan Allah dinyatakan, kemungkinan Anda belum mengorbankan apa pun, dan dalam kata lain, Anda belum menyembah Dia.
  9. Penyembahan sejati selalu mengalir dari dalam ke luar, bukan sebaliknya Kebanyakan orang sering menilai apakah seseorang sedang menyembah Allah dari hal-hal fisik yang nampak di luar (tepuk tangan, nyanyian, bahasa tubuh, wajah, dan sebagainya). Padahal, bukan apa yang nampak yang menentukan kesejatian penyembahan kita, melainkan apa yang ada di dalam, yaitu hati Anda! Jika hati Anda dipenuhi hasrat untuk menyembah Allah, secara otomatis, hal-hal eksternal akan mengikuti.
  10. Salah satu alat pengukur tingkat penyembahan adalah: KERELAAN Sama seperti orang yang sedang jatuh cinta dan rela melakukan apapun, orang yang sedang menyembah bahkan memiliki kerelaan yang lebih besar lagi. Untuk mengukur sampai dimanakah seseorang sudah menyembah Allahnya , lihatlah dari kerelaannya. Apakah ia rela seluruh haknya diambil alih oleh Allah? Semakin ia tidak rela, semakin ia jauh dari penyembahan kepada Allah.

2 komentar:

  1. “Segala jalan TUHAN adalah kasih setia dan kebenaran bagi orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan peringatan-peringatan-Nya.” Oleh karena nama-Mu, ya TUHAN, ampunilah kesalahanku, sebab besar kesalahan itu. Siapakah orang yang takut akan TUHAN? Kepadanya TUHAN menunjukkan jalan yang harus dipilihnya. Orang itu sendiri akan menetap dalam kebahagiaan dan anak cucunya akan mewarisi bumi. TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka. (Maz.25: 10-14)

    BalasHapus
  2. Wow... sangat memberkati... aku hrs banyak belajar lagi utk menjadi penyembah yg benar... tks Indie... God bless

    BalasHapus

Abigail Indiana

Foto saya
I am a product of GOD's Grace. Single, Simple person but will always be an extraordinary person. Just a nature, Truth lover, jazzy lover, coffee lover. Selalu mendefinisikan setiap fase hidup dengan ucapan syukur. I love my beloved Savior, He loves me unconditionally.