Didunia, tidak ada satu
hal yang pasti kecuali perubahan itu sendiri. Karena itu, kita harus mampu
mengantisipasi terjadinya perubahan dengan melakukan perubahan juga. Yakni,
berubah menjadi lebih bijak, berubah menjadi lebih baik.
Sebuah
ungkapan menyebutkan, melakukan sesuatu hal yang sama dan berulang-ulang namun
mengharapkan sebuah perubahan adalah sebuah kegilaan. Sebab, dunia selalu
berubah. Waktu terus berputar. Karena itu, jangan pernah membiarkan diri kita
terjebak dalam rutinitas yang itu-itu saja tanpa berusaha melakukan perubahan
menuju kebaikan. Sehingga kita tidak akan menjadi “gila” dengan tidak melakukan
apa-apa.
Karena
itu, saat dunia terus berputar, kita juga harus mampu mengantisipasi dengan
bergerak dan terus melangkah. Lakukan tindakan penuh perhitungan untuk mencapai
tujuan. Waktu kita merasa dihadang dengan kegagalan, kita bisa segera bangkit
dan mencari cara untuk melakukan perbaikan. Waktu ada rasa kekalahan yang
sepertinya menghampiri, kita bisa segera melakukan perubahan dengan
mengevaluasi segala kekurangan. Jika itu ada hubungannya dengan orang lain kita
bisa segera bereskan dengan yang bersangkutan.
Mari
lakukan berbagai macam perubahan menuju kebaikan. Dengan terus mengevaluasi dan
mengoreksi kesalahan. Dengan terus menyiapkan langkah antisipasi terhadap
segala ujian dan tantangan. Sehingga, saat dunia berubah, kita akan jadi
pribadi-pribadi yang memiliki bekal dan kemampuan adaptasi yang mumpuni untuk
mencapai kemenangan.
Harus
selalu memformat ulang hati dan pikiran supaya sejalan, kalau meminjam bahasa
teknik, dikalibrasi, supaya presisi dan akurat lagi secara fungsi. Sukses
menjadi diri sendiri, dan menang atas diri sendiri. Saya baca personal message
dari teman yang artinya senada “it is better to conquer yourself, than to win a
thousand battles”.
Saya
sempat berpikir, apakah memformat ulang hati dan pikiran bentuk pembelaan atas
ketidak mampuan kita dalam menghadapi hal disekitar kita, jawabannya bukan.
Kenapa
kita perlu memenangkan diri kita sendiri? Karena seringkali yang menjadi
penghalang kita untuk bergerak maju dan menjadi lebih baik adalah diri kita
sendiri.
Tuhan
memberi janji tentang keselamatan dan kekekalan. Tapi pada dasarnya Kekekalan
ditentukan oleh diri kita sendiri.
Level
hidup tergantung bagaimana kita memaknai hidup kita, setidaknya ada tiga level
yang sering kita dengar. Kemungkinan jika di deskripsi bisa lebih banyak.
ketiga
keyakinan ini akan menggerakkan kita ke sebuah tujuan hidup.
Kehidupan
yang seperti ini yang membuat kita setuju dengan beberapa pendapat umum yang
sering kita dengar :
Hidup
itu seperti roda atau roller coaster, adakalanya diatas, adakalanya dibawah.
Hidup
itu seperti permainan kartu atau panggung sandiwara, apapun bagian yang kita
terima harus tetap dimainkan.
Hidup
seperti sirkus, penuh dengan permainan seru dan musik yang meriah.
2. Sukses
Kehidupan
yang berorientasi pada nilai sukses dan pencapaian membuat kita setuju dengan
pendapat bahwa hidup itu seperti pertandingan atau balapan yang
mengharuskan kita selalu menjadi terbaik dan terdepan, atau sebagai pemenang.
Hidup
itu seperti teka teki, tidak bisa ditebak tapi harus dipecahkan.
Hidup
seperti orchestra , harus bisa berdamai dengan orang-orang di sekitar demi
terciptanya sebuah harmonisasi yang indah.
3. Berdampak
Inilah
yang sesungguhnya menjadi level hidup tertinggi (nilai kehidupan tertinggi)
yang tidak pernah menjadi pilihan. Pilihan hidup yang berorientasi pada
kepentingan orang lain. Jadi ingat postingan Bp. H.H. di FB dengan judul
Keseharian Heroik. Yang intinya melakukan kebaikan sebagai lifestyle, tanpa
kebanggaan, bahkan rela tidak di ingat sedikitpun atau di 'enol' kan, from hero
to zero. Bikin merinding, karena pada umumnya orang selalu minta di 'elu-elu'
kan minimal di catat, besar-besar (hehehe sama aj ya.). Tapi sebenarnya jika
kita mau merenungkan, pilihan hidup berdampak adalah jika kita bisa melewati
dua kehidupan sebelumnya dengan cara dan reaksi yang benar, maka secara
otomatis kita akan menikmati kehidupan yang ketiga.
Gambaran hidup menurut manual book (buku petunjuk) yang saya baca :
Kita
harus menganggap ujian sebagai kebahagiaan.
Jawaban
atas ujian hidup adalah respon yang benar, harus cocok dengan kebenaran yang
kita yakini.
Beberapa
ujian terasa lebih sulit dari ujian lainnya, tapi ada Good News (kabar baik)
untuk menghadapi ujian : Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah
pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah
setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui
kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar,
sehingga kamu dapat menanggungnya.
Orang
bijak bilang bahwa masalah diciptakan berpasangan dengan penyelesaian atau
jalan keluar jadi akan selalu ada jalan keluar.
Mengingat
peristiwa beruntun pada beberapa bulan terakhir saya berani mencatat itulah
ujian buat saya pribadi. Bagaimana saya merespon dengan benar dalam kondisi
yang tidak memungkinkan untuk tetap pada sebuah keyakinan dan kepercayaan yang
teguh.
Everything
comes from Him, everything happens through Him, everything ends up to Him. All
glory, all praise.
Dengan
menganut sebuah prinsip bahwa hidup ini milik Tuhan, kita pasti dengan sadar
akan mengharuskan diri untuk menjaga hidup sebaik dan semaksimal mungkin.
Jawaban
atas kepercayaan hidup adalah dapat dipercayai.
Indie *231012