Rabu, 25 September 2019

MENGHARGAI PEMBERIAN


Tuhan menciptakan segala sesuatu dengan kualitas sungguh amat baik. Meskipun pada waktu Tuhan mencipta hanya dengan perkataan tapi Dia begitu detail memperlengkapi setiap ciptaan-Nya dengan sesuatu yang spesial, sehingga mereka dapat menikmati proses keberlangsungan hidup. Lingkungan dimana mereka hidup, cara memanfaatkan keberdayaan diri dan fungsi yang dimiliki bagi sesama, semua sudah Dia tetapkan dengan begitu rupa.

Sebut saja kelelawar, diciptakan dengan jenis mata faset, oleh ilmu pengetahuan mata faset dijelaskan sebagai mata majemuk yang umumnya dimiliki Arthropoda seperti mata serangga maupun mata krustasea, yaitu mata dengan bentuk unit berulang (ommatidia : mata omaatidium) yang masing-masing memiliki fungsi sebagai visual reseptor terpisah, untuk menangkap berkas-berkas cahaya. Jenis mata tidak memungkinkannya untuk melihat jauh, apalagi pada malam hari. Uniknya, Tuhan  mencipta kelelawar justru untuk hidup di tempat gelap dan terbang pada malam hari. 
Bayangkan jika kelelawar berpikir bahwa sumber kekuatannya hanya pada penglihatan. Ia pasti tidak akan pernah terbang karena takut menabrak benda-benda keras yang dapat melukainya. Ia tidak dapat mencari makanan dan tempat tinggal, lalu akhirnya mati. 
Ternyata Tuhan  memberinya kelebihan lain, yang disebut ekolokasi, suatu kemampuan memperkirakan jarak benda dengan mendengarkan pantulan bunyi yang berfrekuensi tinggi, sehingga kelelawar dapat terbang cepat tanpa takut menabrak berbagai benda.

Dan Kucing, yang sering kita jumpai, dialam aslinya, untuk mempertahankan hidup ia harus berburu pada malam hari, untuk itu kucing membutuhkan kemampuan untuk melihat dengan baik dalam kondisi gelap. Dan dia bisa melakukannya dengan sangat baik, jauh melebihi manusia.
Kemampuan itu dimiliki kucing karena di bagian belakang mata kucing ada tapetum lucidum. Organ yang mirip cermin ini dapat memantulkan cahaya yang membantu kucing untuk melihat dalam gelap. Tapetum lucidum ini juga membuat mata kucing dapat menyala di dalam gelap.
Tetapi ini tidak berarti kucing bisa melihat dalam gelap gulita. Kucing tetap memerlukan cahaya walau tidak banyak. Kucing hanya membutuhkan sekitar 20 persen cahaya yang dibutuhkan manusia untuk melihat.
Dengan kemampuan yang luar biasa ini, ia bisa menangkap buruannya yang berkeliaran pada malam gelap atau mencari yang bersembunyi di dalam kegelapan, kucing tanpa memerlukan bantuan cahaya.

Menurut penelitian kucing juga tergolong hewan dengan pendengaran yang sangat peka, lebih dari pada manusia dan anjing. Pendengaran anjing memang lima kali lebih tajam dari manusia, tetapi pendengaran kucing dua kali lebih tajam dari anjing.
Jika anjing bisa mendengar suara yang sangat rendah, kucing bisa melakukan lebih baik. Jika anjing bisa mendengar suara yang sangat tinggi, kemampuan kucing lebih baik lagi. Kupingnya tidak hanya mampu mendengar suara yang sangat pelan, tetapi juga suara sangat tinggi, yang tidak dapat di terima manusia.

Kemampuan ekolokasi pada kelelawar, tapetum lucidum pada kucing, makanan untuk burung gagak dan pakaian indah untuk bunga bakung, adalah hal yang menunjukkan bahwa Tuhan selalu memperlengkapi setiap ciptaan sesuai dengan kebutuhan yang mereka perlukan untuk hidup. 

Jika ciptaan lain DIA perlengkapi begitu sempurna, apalagi manusia (kita), yang diciptakan bukan hanya dengan perkataan, tapi dengan sebuah perencanaan yang matang, Tuhan pasti juga akan memperhatikan dan memperlengkapi kita dengan segala hal terbaik.

Jangan habiskan waktu hanya untuk mempertanyakan apa yang tidak kita miliki. 

Tuhan tidak pernah salah menempatkan kita dengan berbagai persoalan yang ada. DIA menyediakan segala hal yang melampaui keterbatasan kita, sehingga kita cakap menanggung segala sesuatu dan hidup kita menyatakan kebesaran-NYA.

Indie 22/11/18 




Selasa, 24 September 2019

we can COPY PASTE - but we can't COPY TASTE


Manusia diciptakan dengan perencanaan yang sangat matang. Setiap individu memliki keunikan dan kemampuan yang berbeda-beda, sesuai dengan ketentuan yang Allah tetapkan.Tetapi ada satu hal yang semua orang tanpa terkecuali mampu melakukannya, yaitu “meniru”. Sependiam apapun orangnya akan bisa menirukan, paling tidak, gerakan dan gaya bahasa waktu menceritakan seseorang kepada orang lainnya. Setiap kali terlintas dalam pikiran tentang hal ini, saya selalu kagum, betapa hebat dan jeniusnya orang dalam hal tiru meniru. Apalagi ketika menyaksikan komedian yang melakukannya, saya bisa dibuat terkagum-kagum, meskipun berbalut tawa tanpa henti. Bahkan bisa dsimpulkan bahwa sesuatu yang mampu dilakukan dengan baik oleh semua orang adalah “tiru-meniru”. 

Jika ditarik kembali dari awal penciptaan, ternyata meniru adalah tugas hidup manusia dalam dunia ini. Artinya, dalam kehidupan ini, kita semua senantiasa meniru dalam segala hal. Karena kita diciptakan segambar dan serupa dengan Sang Pencipta. 

Meniru memang merupakan hal yang sangat mudah dilakukan oleh semua kalangan.Tetapi perlu kita ketahui, bahwa pada waktu meniru diperlukan kejelian. Meniru itu tidak selamanya akan mendatangkan sesuatu yang lebih baik, efisiensitas atau pun produktifitas. Bahkan, terkadang kebiasaan meniru sering menjadikan sejumlah orang malas untuk berpikir (pasif), sehingga semua tindakannya serba instan. 

Seorang peniru yang tidak jeli dan tidak pandai memilah akan berakibat pada kehilangan jati diri (keunikan dan otentisitas) yang mereka miliki. Sifat baik yang dimiliki adalah obsersif, dengan tekun mengamat-amati, obyek tiruan dengan cermat. Selalu ingin meniru semua tindakan orang lain baik itu berupa gaya berpakaian, gaya bahasa, gaya menyanyi, tingkah laku, pola pikir dan sebagainya. Obyek tiruan bisa dari berbagai kalangan, komedian, penyanyi, pewarta, motivator, pastor, sampai penulis. Sehingga tidak jarang ditemukan sang imitator lebih baik dan lebih dikenal dari sang master. Karena imitator memiliki olah vokal dan teknik bernyanyi yang lebih baik, jika yang ditiru seorang penyanyi atau gaya bahasa dan intonasi yang lebih baik, jika yang ditiru seorang pewarta, motivator, dll. Tapi yang menjadi catatannya adalah semirip apapun kita copy-paste, kita tidak akan pernah bisa copy-taste, karena untuk bisa copy-taste, seseorang harus bertukar jiwa. 

Taste biasanya diidentikkan dengan makanan dan minuman, tapi tidak beda jauh karena memang digolongkan sebagai kata sifat yang artinya terhubung dengan cita rasa orang yang menikmati. 

Saya pernah mengikuti sebuah mini seri film berjudul, janji di youtube, yang diperankan Darius Sinathriya (Iko), Ringgo Agus Rahman (Ujo), dan Widika Sidmore (Naya). Iko dan Naya adalah pasangan suami istri yang saling mencintai, dengan caranya masing-masing, tapi hal itu tidak bisa mewujudkan keharmonisan hubungan mereka. Iko seorang yang lembut, romantis, pandai dan perfeksionis, sehingga tidak pernah melibatkan Naya dalam permasalahannya dari hal kecil sampai besar, dan lebih memilih bercerita setelah semua selesai bahkan setelah dia mengambil keputusan. Dengan maksud tidak ingin merepotkan dan membuat istrinya ikut pusing. Disisi lain, Naya ingin perannya sebagai seorang istri dimanfaatkan, bukan hanya sebagai pasangan yang terlihat baik-baik tanpa tahu apapun. 

Ujo adalah seorang yang membuat segala sesuatu mudah, tidak pikir panjang dan tidak bisa membedakan situasi. Karakternya sangat berlawanan dengan Iko, tapi mereka bersahabat sejak lama. Naya tidak terlalu menyukai Ujo karena sering muncul dalam situasi yang tidak tepat. 

Singkat cerita dalam sebuah acara minum “teh bersejarah” yang Ujo curi dari klien Iko, mereka bertukar jiwa. Dari sinilah sejarah berbalik, Naya yang tidak terlalu menyukai Ujo mulai tertarik untuk berbagi cerita hatinya. Naya melihat Iko dalam wujud yang berbeda, tapi justru membuat Naya nyaman untuk bercerita apapun, termasuk hal yang tidak terungkapkan tentang perasaannya kepada suaminya. Dari sini Iko yang ada dalam wujud Ujo jadi lebih memahami apa yang Naya inginkan dan apa yang seharusnya dia lakukan untuk istrinya. 

Karena diperankan dengat sangat baik oleh keduanya, membuat saya memahami bahwa dalam pertukaran jiwa, seseorang tidak memerlukan effort apapun untuk meniru, sangat natural, tepat, tidak kurang tidak lebih. Karena memang jiwanya sudah digantikan. 

Sudah menjadi ketetapan Allah dari awal “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita” bahkan tidak hanya berhenti pada kesamaan wujud, tapi dilanjutkan dengan kalimat perintah untuk berkuasa, artinya memiliki cara atau pola memimpin dan berkuasa yang sama dengan Dia, hematnya adalah karakter. Hadirnya sang penebus didunia juga salah satunya untuk ditiru oleh umatnya. Kita harus melakukan hal tersebut dari lahir sampai akhir usia. Meskipun seringkali merasa gagal untuk meniru karakternya karena cara kita yang salah. 

Sama halnya dengan hidup kita dalam meneladani karakter Pencipta, upaya kita akan sia-sia jika hanya berhenti pada meniru saja, tapi kita harus mengijinkan Dia masuk dan menguasai hidup kita (roh, jiwa dan tubuh), untuk menukar jiwa kita yang rentan dan rapuh karena dosa, dengan jiwa-Nya yang illahi. Tanpa pertukaran jiwa mustahil kita bisa meniru senatural atau setepat yang Dia kehendaki. 

Kita tidak akan kehilangan jati diri dan keunikan kita, sebaliknya akan menemukan jati diri sejati yang semakin disempurnakan.

Indie 25/06/19

Abigail Indiana

Foto saya
I am a product of GOD's Grace. Single, Simple person but will always be an extraordinary person. Just a nature, Truth lover, jazzy lover, coffee lover. Selalu mendefinisikan setiap fase hidup dengan ucapan syukur. I love my beloved Savior, He loves me unconditionally.