Di jaman modern peranan ibu mulai bergeser. Pada jaman dahulu fungsi scola matterna (pengasuhan ibu sampai usia tertentu) masih sangat dominan. Proses dan lembaga sosialisasi tertua umat manusia ini seiring dengan kemajuan jaman berubah menjadi scola in loco parentis (lembaga pengasuhan anak pada waktu senggang di luar rumah) yang menggantikan peran orang tua. Alma mater, kemudian menjadi istilah yang sangat populer sebagai ibu asuh atau ibu yang memberikan ilmu.
Perubahan dan perkembangan jaman memang tidak secara otomatis membawa kemajuan dalam peran seorang ibu. Indonesia, sebagai negara berkembang juga tidak terlepas dari pengaruh globalisasi ini. Tetapi yang harus kita ingat, bahwa kasih ibu tetap dan tidak berubah. Keadaanlah yang berubah.
Ada sebuah kisah menarik, dari negeri Jepang. Biasanya stereotip yang melekat di benak kita jika mendengar kata Jepang adalah etika kerja atau etos kerja, kemudian pendidikan, kebudayaan atau kemajuan ekonomi. Hal ini bukan hal baru, karena memang sejak kecil anak-anak Jepang diajarkan menyukai buku dan menghormati budaya oleh orang tuanya terutama ibu.
Seorang pendidik Amerika, Tony Dickensheets, selama beberapa bulan di tahun 1996 hidup berpindah-pindah di keluarga Jepang dan mengamati. Penelitiannya menyimpulkan, unsur kunci dari economic miracle (keajaiban ekonomi) Jepang adalah Kyoiku Mama atau education mama (pendidikan yang diberikan oleh ibu). Sementara kebanyakan orang mungkin menganggap etika kerja karyawan yang biasa berbaju biru tua lah penggerak utama sukses ekonomi terbesar dalam sejarah modern.
Hal berbeda yang patut kita tiru dari ibu-ibu di Jepang adalah anggapan bahwa seorang ibu seharusnya berpendidikan dan berpengetahuan agar mampu mengasuh sekaligus membesarkan putra-putri dengan baik dan benar. Tony Dickensheets, mengatakan ini sebagai a pure Japanese phenomenon.
Bangsa kita mungkin sudah tidak lagi memandang peran ibu hanya sebagai pendamping suami, melahirkan anak, membesarkannya, sekaligus mengurus rumah tangga memasak, dsb. Tetapi juga sebagai wanita pekerja.
Now, saya tidak harus menyesal karena kesempatan saya berterimakasih kepada ibu yang sepertinya saya sia-siakan semasa beliau hidup. Sebaliknya, keberadaan saya saat ini mungkin adalah mimpi beliau yang tidak pernah sempat diucapkan, yang kemudian dianugerahkan menjadi mimpi saya. Dari waktu ke waktu dipertemukan dengan banyak orang hebat dan luar biasa, yang sangat isnpiratif dan berhasil dalam hidupnya melalui berbagai bidang. hal ini membuat saya tidak ada kata lain selain bersyukur atas hidupku. Tuhan membawa saya pada wujud dari sesuatu yang semula hanya sebuah mimpi dan kerinduan tak terucap. Hal besar atau kecil, tetap saja itu adalah anugerah indah dalam hidup saya. Dan kembali, bersyukur adalah kunci bahagia.
Menyadari sebuah destiny bahwa wanita dianugerahi kekuatan luar biasa yang tidak dimiliki lawan jenis, yaitu Cinta yang menguatkan langkah orang yang bersamanya, Empati yang membangkitkan mereka yang jatuh dan kesetiaan yang tidak lekang oleh waktu dan perubahan.
wanita dapat mengatasi beban hidup, mampu menyimpan kebahagiaan dan pendapatnya sendiri. Tetap jalani destiny kita dalam TUHAN!