Kamis, 05 Maret 2020

RAYAKAN HIDUP

Beberapa tahun lalu, tepatnya September 2013 saya ada kesempatan main ke Bandung selama 3 hari 2 malam, bersama rombongan karyawan tempat adik saya bekerja. Ada beberapa tujuan, salah satunya Transmart, yang pada waktu itu masih sangat hapening, jadi bisa dibayangkan, sangat ramai dan berjubel dengan pengunjung, dari dalam dan luar kota. Saya lebih memilih menikmati pertunjukan yang sudah dipersiapkan sesuai jadwal, pada hari dimana kami ada disana, dibanding memacu adrenalin dengan wahana yang tersedia. Di samping karena waktu itu sedang recovery pasca operasi siku tangan kiri yang dislokasi tulang karena jatuh. Tapi alasan sebenarnya memang saya kurang tertarik dengan wahana, karena reaksi psikologi ke tubuh sangat berlebihan, manifestasinya bisa pusing, mual, dan muntah, kata yang tepat mungkin adalah nyali yang ciut. 

Dari beberapa pertunjukan yang saya nikmati ada yang sangat menarik perhatian saya, yaitu pertunjukan bertabur talent, yang dikemas dalam bentuk drama. Kalau mungkin anda mengingat acara Indonesia's Got Talent di salah satu siaran televisi swasta, mungkin ada beberapa diantara mereka adalah hasil audisi yang dipekerjakan disana, tapi saya hanya menebak, karena ada beberapa adegan pertunjukan oleh pemain ahli yang pernah saya saksikan. Sangat menegangkan (sebenarnya) tapi karena ada cerita jadi menarik. Waktu adalah kali pertama saya menonton pertunjukan semacam itu secara langsung, yang membuat saya menangkap beberapa hal yang sangat mirip dengan kehidupan sehari-hari. 

Ada seorang pemimpin pertunjukan yang berperan sebagai pemandu acara sekaligus pengatur ritme pertunjukan. Hal yang juga kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Di keluarga, di lingkungan sosial, komunitas atau pekerjaan, akan selalu ada dan butuh seseorang yang memainkan peran serupa. Seorang pemimpin, pengatur, koordinator dan pemandu kebersamaan. 

Ada waktu dimana kita mendapat kesempatan menjalani peran seperti itu, kadang kita hanya bisa menanti dan berharap mendapat kesempatan itu. Mungkin kita lebih sering melihat orang lain yang diberi kesempatan itu, atau menyaksikan beberapa orang saling berebut untuk mendapatkannya. 

Ada beberapa yang bermain tali dalam pertunjukan itu, yang harus merambat pelan naik ke atas dengan seutas tali, menggenggamnya erat, menarik tubuh, melawan gravitasi, untuk menanjak, di pertengahan jalan, kadang tali akan digulung membelit tubuh mereka, lalu berayun dan berpindah ke tali lain untuk meraih satu puncak pertunjukan. Mereka harus melakukan setiap gerakan dengan tepat, jika tidak mereka akan cidera. 

Sama seperti hidup. Kita berlomba mendorong diri, menuju ke atas, memanjat tali kehidupan, meraih kemajuan dengan prestasi pendidikan, jenjang karir, dll. Adakalanya jalur itu tidak lancar, kadang ia berbelit, kadang berayun dan memaksa kita pindah menggenggam tali lain. 

Ada juga pemain keseimbangan, biasanya mereka berpasangan. Dua orang, saling mendukung, saling menguatkan. Kadang satu di bawah, yang lain bertopang di atasnya. Namun keduanya adalah pasangan, yang harus memerankan bagian masing-masing sebaik dan setepat mungkin, sesuai kesepakatan untuk tujuan keberhasilan pertunjukan. 

Sama seperti hidup, manusia selalu butuh manusia lain untuk berpasangan, butuh dukungan, dorongan, sandaran untuk bisa menjulang. Kadang menjumpai situasi tidak sepaham, tapi harus tetap berjalan karena kesepakatan keduanya dan tujuan yang sama. 

Bagian dari pertunjukan itu, ada pemain roda baja bertopang di ketinggian. Di dalam roda itu dia berlarian, berputaran, berloncatan ke depan, balik ke belakang. Kadang dia membuka mata, tidak jarang lompatan dilakukan dengan mata terpejam. Hanya berpegang pada sebuah keyakinan. 

Dalam hidup pun demikian. Kita harus terus berputar dalam roda dunia, dan kita di dalamnya berlarian. Berusaha mengikuti putaran, terkadang mempercepat rotasinya, tidak jarang tersengal karena kelelahan. Kadang kita dapat berjalan penuh kepastian, di lain waktu kita harus rela mengikuti laju roda berdasar keyakinan. 

Masih dalam pertunjukan, didalamya ada joker sang pelawak, yang muncul di tengah-tengah pertunjukan dengan, pakaian unik dan tingkah konyol, mereka menyediakan diri untuk ditertawakan. Meskipun mungkin di balik make-up tawa manis khas badutnya ada derita, dia tetap harus menjalankan tugasnya, memecah suasana menjadi kembali santai, membuat penonton tertawa, dan tetap menikmati pertunjukan yang sempurna dengan bahagia sampai selesai. 

Begitu juga hidup. Kadang kita perlu mentertawakan penderitaan kita, melihat sekeliling, memperhatikan gaya hidup sesama, pandangan mereka, bahkan cara perpakaian mereka lalu tertawa. Untuk kembali menetralkan bahwa hidup tidak harus se-ideal yang kita mau, karena yang kita perlukan adalah kekuatan untuk bukan sekedar melanjutkan hidup, tapi menyelesaikannya dengan baik, setepat arahan sang pemimpin kehidupan. 

Saya menjumpai berberapa adegan dan peran dalam pertunjukan tersebut mirip dengan keseharian hidup. Bahwa sesungguhnya hidup kita mirip dengan sebuah pertunjukan dengan kisah sepanjang hidup didunia ini. Peran apapun yang kita ambil dalam hidup, usahakan tidak lepas dari arahan sang pemimpin atau pemandu kehidupan. Mengucapkan, menyuarakan dan melakukan gerakan-gerakan dengan tepat dan seharusnya, jika tidak akan membahayakan diri sendiri dan orang-orang disekitar kita. Ada proses yang menyulitkan yang membuat kita menangis. Ada waktu dimana harus mentertawakan penderitaan dari sepenggal kisah yang sementara. Tanpa kehilangan sebuah keyakinan, bahwa hidup kita akan berakhir dengan indah sesuai rencana pemimpin kehidupan. Dan pada akhirnya, peran apapun yang kita pilih, usahakan menyisakan akhir yang bahagia. Bagi kita maupun orang lain disekitar kita, di dunia. 

Nikmati prosesnya, rayakan setiap waktu dan kesempatan yang kita miliki, sehingga semakin hari kita bertumbuh menjadi pribadi yang pandai mencari alasan untuk bersyukur, bukan mengeluh.

*Indie 01/01/2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Abigail Indiana

Foto saya
I am a product of GOD's Grace. Single, Simple person but will always be an extraordinary person. Just a nature, Truth lover, jazzy lover, coffee lover. Selalu mendefinisikan setiap fase hidup dengan ucapan syukur. I love my beloved Savior, He loves me unconditionally.