Seringkali kita diperhadapkan dengan situasi yang sepertinya kita tidak bisa memilih atau menentukan. Tapi yang sesungguhnya terjadi adalah, segala sesuatu yang berhubungan dengan yang ada didalam kita, kita adalah pengambil keputusan tunggal. Untuk drive mau dibawa kemana situasi hati kita.
Berikut ada beberapa situasi umum yang tidak asing terjadi disekitar kita.
Pernahkan anda merasa sepi ditengah banyak orang? Saya pernah.
Suatu saat di bus
Saat lain, dalam sebuah acara pertemuan semacam reuni teman-teman dekat, suasana sangat meriah. Semua saling sapa, saling tukar kabar dan tawa gembira berkejaran bagaikan ombak susul menyusul. Ini namanya meriah di luar meriah di dalam.
Suasana ketiga: meriah diluar sepi di dalam.
Contohnya saya pernah alami. Dalam sebuah acara gladi bersih marching band keponakan teman yang akan ikut lomba di Jakarta.
Kami tidak datang bersamaan, jadi bertemu ditempat tujuan, dan saya datang terlalu cepat sehingga harus menunggu teman. Jadilah, saya terselip diantara para pemain yang terus meriah, saling bercerita tentang konfigurasi, tentang perjalanan mereka. Suasana yang penuh canda, ada juga yang saling membuat dokumentasi. Saya ingin nimbrung tapi nggak mungkin karena dijamin tidak nyambung. Akhirnya sambil menunggu teman datang saya menyambar mp3 player dan memasang headset ke telinga sampai akhirnya teman saya datang.
Yang paling jarang terjadi ialah sepi diluar, namun meriah di dalam.
Yaitu pada waktu kita menulis, terutama yang mempunyai kegemaran menulis, akan sangat paham dengan rasa ini. Tiada bunyi apapun diluar. Radio tidak, TV tidak, orangpun tidak. Pokoknya sepi, sendiri, hening. Tapi di dalam pikiran dan hati saya meriah dengan ide, gagasan dan kata-kata untuk dituangkan.
Yang mau saya bilang, bila anda ingin jadi manusia produktif, anda tidak boleh merasa sepi di dalam. Sepi itu mencekam, bahkan menyiksa. Sepi itu berbahaya karena selain non produktif, ia bisa mengundang negativitas.
Penting diketahui, sepi itu sesungguhnya adalah kondisi di dalam, bukan di luar.
Bisa saja di luar sangat meriah, namun di dalam sangat sepi.
Terlebih di luar juga sepi, di dalam bisa sangat sepi.
Ada Empat cara meriah di dalam :
Sekarang, soal yang ingin kita jawab ialah bagaimana agar di dalam selalu meriah meskipun di luar sangat sepi? Saya mau usulkan empat saja.
Pertama, mari merenungkan firman Tuhan.
Anjuran ini berasal dari mazmur 1:2-3 “… tetapi yang kesukaannya ialah taurat Tuhan, dan yang merenungkannya siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.” Buat saya ini berarti membiarkan firman Tuhan memimpin imajinasi, mengisi cita-cita, memberi muatan harapan, mencuatkan inspirasi dan memenuhkan hati anda. Jika tekun melakukannya, maka firman itu menjadi hayat (sumber hidup), daging, sikap, rasa dan emosi yang meluap menjadi sukacita. Ramai bukan?
Kedua, mari menaikkan lagu bernilai atau bermuatan positif atau pujian. Hati manusia sering gonta-ganti dilanda berbagai mood, termasuk yang sepi, lesu, down, atau negatif (mereka adalah sahabat kental, ketika satu hadir, secepat kilat yang lain menyusul). Jika dibiarkan, mood-mood buruk ini akan merajai hati anda dan anda pun kehilangan kebahagiaan yang wajar. Usirlah mood-mood buruk itu bagai sinar matahari mengusir kegelapan.
Caranya : menyanyilah. Tak perlu pakai musik. Pilih salah satu lagu yang asyik buat anda. Hafal dan nyanyikan tiga empat kali, saya pastikan emosi anda segera terbawa. Hati anda akan menjadi the singing heart the happy soul.
Ketiga, mari berpikir antusias tentang visi, tujuan, atau target yang hebat. Betapa miskin, betapa hina, betapa kecil, atau betapa bodoh pun kita, jauh di lubuk hati, kita semua punya mimpi, cita-cita, atau harapan yang agung. Kejarlah itu. Percayalah, itu bisa tercapai. Yakinlah, anda pantas untuk itu hanya karena satu sebab; anda diciptakan serupa dan seturut dengan gambar Allah.
Keempat, menukiklah ke interior pekerjaan anda. Jangan menganggur sebab itu tidak baik. Tapi sibukkan diri anda dengan suatu pekerjaan yang berguna. Tak ada pekerjaan yang hina jika pekerjaan itu anda tujukkan demi kebaikan. Lalu tenggelamlah dalam pekerjaan itu bagaikan orang yang masuk ke ruang terdalam dari suatu pameran lukisan. Anda akan menemukan keindahan, kemeriahan, dan keasyikan.