Minggu, 21 Juli 2013

Makanan



Saya punya tas yang dari dulu biasa saya bawa setiap kali mau latian dipusat kebugaran. Dimanapun saya bergabung saya selalu menggunakan tas yang sama dengan isi yang tidak pernah berubah, bahkan bisa dibilang untuk barang tertentu tidak pernah saya keluarkan dari tas tersebut. Sudah jadi kebiasaan kalau saya mengeluarkan dari tas perlengkapan yang setelah latihan akan saya gunakan, tapi malam itu karena waktu saya buru-buru pulang dan batal memakai perlengkapan yang sudah saya siapkan.
Sesampai dirumah, saya ambil beberapa perlengkapan yang biasa saya bawa di tas kerja harian. Ketika saya periksa ternyata ada perlengkapan yang tertinggal. Saya iseng langsung menelpon pusat kebugaran untuk menanyakan. Meskipun bukan barang mahal tapi jawaban dari seberang membuat saya sedikit tersenyum lega. Jawabannya terdengar yakin, polos dan senang. Mungkin karena dia bisa membantu saya. Sebut saja mbak A yang melayani telpon saya mengatakan, kalau barang yang saya maksud memang tertinggal di loker yang tadi sore saya pakai untuk menyimpan tas. Si A berjanji akan menyimpankan barang tersebut untuk saya sebelum saya menutup telpon.
Tiga hari kemudian saya baru tahu kalau ada satu lagi perlengkapan yang tertinggal. Saya kembali menelpon, hanya tidak menjumpai mbak A, melainkan B. Kemudian saya hanya sebut detail barang, hari dan loker. Tanpa tahu apakah ditemukan atau tidak.
Selang satu minggu saya kembali ke pusat kebugaran, dengan yakin meminta barang yang saya diyakinkan telah ditemukan, tapi ternyata malah yang kembali barang kedua. Sempat merasa bingung dan aneh, beberapa hari saya kembali, saya selalu iseng kembali menanyakan dengan B, C, D, E yang saya temui jawabannya sama, tidak ada.
Seperti biasa saya latian kalau sempat dan tidak malas. Saya kembali datang pada hari diluar kebiasaan. Saya begitu yakin bahwa si A adalah orang yang ada dalam bayangan saya. Dan benar begitu masuk ruang ganti, saya melihat si A. Sempat melihat adegan dia sedang dikerjain, sama temannya, sambil melempar kata yang terkesan menyudutkan. Meski hanya sekilas memperhatikan saya menangkap, si A menanggapi hal itu dengan santai, mungkin itu adegan yang sudah biasa terjadi.
Dalam hati saya jadi semakin yakin. Tapi saya sengaja menunda untuk berkomunikasi. Beberapa saat sebelum meninggalkan tempat tersebut saya ada kesempatan untuk ngobrol dengan si A. Senang mendengar penuturannya yang polos dan jujur tentang hal yang sebenarnya terjadi. “Saya waktu ibu telpon bingung, yang ketinggalan dua kok yang ditanyain cuma satu, tapi pas saya mau bilang, ibu sudah bilang trimakasih dan buru-buru  nutup telpon", "maaf ya buk, saya seharusnya mau kembalikan barang itu ke ibu tapi barangnya malah tidak ada ditempat simpanan”. Tidak tahu kenapa saya senang dengar itu. Mungkin karena keyakinan saya terkonfirmasi. Padahal barang saya yang dia janji simpankan tidak berhasil dia kembalikan karena sudah berpindah tempat tanpa si A ketahui atau ada yang mengingini.  
Saya jadi mengingat ungkapan yang mengatakan orang bodoh adalah makanan orang pintar atau orang pandai. Apakah itu sejajar dengan orang jujur makanan orang tidak jujur (orang yang kehilangan kejujuran), atau orang baik makanan orang tidak baik (orang yang kehilangan kebaikan) dan selanjutnya dan selanjutnya.
Saya menangkap kejadian ini adalah sebagian kecil dari contoh adegan sederhana yang bisa saya pelajari, karena yang pasti masih banyak sekali kejadian-kejadian yang lebih dari ini. Di dunia sekarang ini segala sesuatu serba dimungkinkan.
Termasuk golongan manapun kita, kalau kita masuk golongan makanan, ada baiknya jika kita memperlengkapi diri dengan takut akan Tuhan. Karena hanya dari takut akan Tuhan datang hikmat, perlindungan dan kebahagiaan.
Kita bisa disenangkan dengan sebuah keyakinan yang terkonfirmasi, sekalipun dasarnya hanya dari feeling kita. Apalagi jika kita meyakini sesuatu yang berdasar pada Janji Tuhan kemudian kita menerima penggenapan atas janji tersebut. Pasti bisa dibayangkan senang yang kita maksud akan berubah menjadi kebahagiaan yang tidak terkira. 

Indie *200713

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Abigail Indiana

Foto saya
I am a product of GOD's Grace. Single, Simple person but will always be an extraordinary person. Just a nature, Truth lover, jazzy lover, coffee lover. Selalu mendefinisikan setiap fase hidup dengan ucapan syukur. I love my beloved Savior, He loves me unconditionally.