Minggu, 03 Mei 2020

MENYAPA MALAM 3


Hari ini aku menyapa
gelap dan sunyi malam
tanpa rasa dendam
Bukan tentang lebih suka,
karena malam bukan pilihan
Aku belajar tentang gelap...
yang tidak selalu berarti diam
Melainkan suatu masa tanpa cahaya
Harus dilewati, harus dijalankan

Tidak memberi jeda kepada indera,
untuk berlatih peka,
menjadikanku terbiasa.
Dan mengenalnya,
membentuk rasa nyaman.
Dalam derajat tertentu,
aku bisa menciptakan keindahan
dari rasa syukur
Bahkan di kesunyian
Membuatku lebih nyaring bersenandung
Karena tersedia kekuatan yang melimpah ruah.

Mendengar sapaan,
dari kedalaman sukma
Mampu melepas tumpukan rasa
Yang tertawan di dinding jiwa
Sapa yang mengingatkan
bahwa cahaya itu tetap disana,
menuntun dan memaniku berjalan
Meskipun tidak terlihat

*Indie 26/02/18

Kamis, 05 Maret 2020

RAYAKAN HIDUP

Beberapa tahun lalu, tepatnya September 2013 saya ada kesempatan main ke Bandung selama 3 hari 2 malam, bersama rombongan karyawan tempat adik saya bekerja. Ada beberapa tujuan, salah satunya Transmart, yang pada waktu itu masih sangat hapening, jadi bisa dibayangkan, sangat ramai dan berjubel dengan pengunjung, dari dalam dan luar kota. Saya lebih memilih menikmati pertunjukan yang sudah dipersiapkan sesuai jadwal, pada hari dimana kami ada disana, dibanding memacu adrenalin dengan wahana yang tersedia. Di samping karena waktu itu sedang recovery pasca operasi siku tangan kiri yang dislokasi tulang karena jatuh. Tapi alasan sebenarnya memang saya kurang tertarik dengan wahana, karena reaksi psikologi ke tubuh sangat berlebihan, manifestasinya bisa pusing, mual, dan muntah, kata yang tepat mungkin adalah nyali yang ciut. 

Dari beberapa pertunjukan yang saya nikmati ada yang sangat menarik perhatian saya, yaitu pertunjukan bertabur talent, yang dikemas dalam bentuk drama. Kalau mungkin anda mengingat acara Indonesia's Got Talent di salah satu siaran televisi swasta, mungkin ada beberapa diantara mereka adalah hasil audisi yang dipekerjakan disana, tapi saya hanya menebak, karena ada beberapa adegan pertunjukan oleh pemain ahli yang pernah saya saksikan. Sangat menegangkan (sebenarnya) tapi karena ada cerita jadi menarik. Waktu adalah kali pertama saya menonton pertunjukan semacam itu secara langsung, yang membuat saya menangkap beberapa hal yang sangat mirip dengan kehidupan sehari-hari. 

Ada seorang pemimpin pertunjukan yang berperan sebagai pemandu acara sekaligus pengatur ritme pertunjukan. Hal yang juga kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Di keluarga, di lingkungan sosial, komunitas atau pekerjaan, akan selalu ada dan butuh seseorang yang memainkan peran serupa. Seorang pemimpin, pengatur, koordinator dan pemandu kebersamaan. 

Ada waktu dimana kita mendapat kesempatan menjalani peran seperti itu, kadang kita hanya bisa menanti dan berharap mendapat kesempatan itu. Mungkin kita lebih sering melihat orang lain yang diberi kesempatan itu, atau menyaksikan beberapa orang saling berebut untuk mendapatkannya. 

Ada beberapa yang bermain tali dalam pertunjukan itu, yang harus merambat pelan naik ke atas dengan seutas tali, menggenggamnya erat, menarik tubuh, melawan gravitasi, untuk menanjak, di pertengahan jalan, kadang tali akan digulung membelit tubuh mereka, lalu berayun dan berpindah ke tali lain untuk meraih satu puncak pertunjukan. Mereka harus melakukan setiap gerakan dengan tepat, jika tidak mereka akan cidera. 

Sama seperti hidup. Kita berlomba mendorong diri, menuju ke atas, memanjat tali kehidupan, meraih kemajuan dengan prestasi pendidikan, jenjang karir, dll. Adakalanya jalur itu tidak lancar, kadang ia berbelit, kadang berayun dan memaksa kita pindah menggenggam tali lain. 

Ada juga pemain keseimbangan, biasanya mereka berpasangan. Dua orang, saling mendukung, saling menguatkan. Kadang satu di bawah, yang lain bertopang di atasnya. Namun keduanya adalah pasangan, yang harus memerankan bagian masing-masing sebaik dan setepat mungkin, sesuai kesepakatan untuk tujuan keberhasilan pertunjukan. 

Sama seperti hidup, manusia selalu butuh manusia lain untuk berpasangan, butuh dukungan, dorongan, sandaran untuk bisa menjulang. Kadang menjumpai situasi tidak sepaham, tapi harus tetap berjalan karena kesepakatan keduanya dan tujuan yang sama. 

Bagian dari pertunjukan itu, ada pemain roda baja bertopang di ketinggian. Di dalam roda itu dia berlarian, berputaran, berloncatan ke depan, balik ke belakang. Kadang dia membuka mata, tidak jarang lompatan dilakukan dengan mata terpejam. Hanya berpegang pada sebuah keyakinan. 

Dalam hidup pun demikian. Kita harus terus berputar dalam roda dunia, dan kita di dalamnya berlarian. Berusaha mengikuti putaran, terkadang mempercepat rotasinya, tidak jarang tersengal karena kelelahan. Kadang kita dapat berjalan penuh kepastian, di lain waktu kita harus rela mengikuti laju roda berdasar keyakinan. 

Masih dalam pertunjukan, didalamya ada joker sang pelawak, yang muncul di tengah-tengah pertunjukan dengan, pakaian unik dan tingkah konyol, mereka menyediakan diri untuk ditertawakan. Meskipun mungkin di balik make-up tawa manis khas badutnya ada derita, dia tetap harus menjalankan tugasnya, memecah suasana menjadi kembali santai, membuat penonton tertawa, dan tetap menikmati pertunjukan yang sempurna dengan bahagia sampai selesai. 

Begitu juga hidup. Kadang kita perlu mentertawakan penderitaan kita, melihat sekeliling, memperhatikan gaya hidup sesama, pandangan mereka, bahkan cara perpakaian mereka lalu tertawa. Untuk kembali menetralkan bahwa hidup tidak harus se-ideal yang kita mau, karena yang kita perlukan adalah kekuatan untuk bukan sekedar melanjutkan hidup, tapi menyelesaikannya dengan baik, setepat arahan sang pemimpin kehidupan. 

Saya menjumpai berberapa adegan dan peran dalam pertunjukan tersebut mirip dengan keseharian hidup. Bahwa sesungguhnya hidup kita mirip dengan sebuah pertunjukan dengan kisah sepanjang hidup didunia ini. Peran apapun yang kita ambil dalam hidup, usahakan tidak lepas dari arahan sang pemimpin atau pemandu kehidupan. Mengucapkan, menyuarakan dan melakukan gerakan-gerakan dengan tepat dan seharusnya, jika tidak akan membahayakan diri sendiri dan orang-orang disekitar kita. Ada proses yang menyulitkan yang membuat kita menangis. Ada waktu dimana harus mentertawakan penderitaan dari sepenggal kisah yang sementara. Tanpa kehilangan sebuah keyakinan, bahwa hidup kita akan berakhir dengan indah sesuai rencana pemimpin kehidupan. Dan pada akhirnya, peran apapun yang kita pilih, usahakan menyisakan akhir yang bahagia. Bagi kita maupun orang lain disekitar kita, di dunia. 

Nikmati prosesnya, rayakan setiap waktu dan kesempatan yang kita miliki, sehingga semakin hari kita bertumbuh menjadi pribadi yang pandai mencari alasan untuk bersyukur, bukan mengeluh.

*Indie 01/01/2017

Selasa, 14 Januari 2020

KIAN MEMBURUK

Rancangan Tuhan berbeda dengan rancangan manusia. Tuhan memiliki rancangan yang sempurna, tetapi manusia tidak dapat menyelami pikiran-Nya dan seringkali membuat kita salah mengerti atas rencana Allah dalam hidup kita. 

Sama seperti umat Israel dalam Keluaran 5:1-23. Awalnya mereka merasakan rencana Allah sangatlah tidak tepat karena justru menimbulkan persoalan yang makin hari makin berat dan keadaan kian memburuk. 

Bahkan Musa sendiri merasa keputusan Allah memilihnya sebagai utusan adalah sesuatu yang kurang tepat, karena dipersalahkan menjadi biang atas penderitaan yang dirasakan umat Israel. 

Tapi ketika semua rencana Tuhan itu dijalani dengan taat, maka Israelpun muncul sebagai umat pemenang, bahkan lebih dari pemenang. Karena mereka bukan hanya berhasil keluar dari tanah Mesir namun juga sukses masuk ke tanah perjanjian. 

Hal yang sama sering terjadi dalam hidup kita saat ini. Sebagai umat yang telah dibebaskan dari dosa dan hidup dalam ketaatan. Waktu kita melakukan kebaikan atau hal apapun sebagai wujud ketaatan, seharusnya kita tidak terkejut ketika keadaan berubah kian memburuk sebelum itu berubah menjadi baik. Karena hal itu tidak membuktikan bahwa kita telah melakukan sesuatu yang salah, hanya sebagai pengingat bahwa kita membutuhkan Allah untuk menyelesaikan segala sesuatu. Karena Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Tuhan mau mengolah segala yg terlihat kacau balau, rusak, semrawut dlm hidup kita, dan menjadikannya untuk kebaikan. 

Dalam bahasa asli kebaikan adalah Agathos yang berarti rohani dan karakter, sangat berbeda jauh dengan kenyamanan yang mungkin selama ini kita bayangkan. 

Memberi kenyamanan (miskin jadi kaya, sakit jadi sembuh, hutang lunas, naik jabatan, dll) adlh hal yang mudah bagi Allah, bahkan tidak membutuhkan kerjasama kita. Tapi fokus Allah adalah iman dan karakter kita bertumbuh. 

Mari kita setiap hari menggali kebenaran yang oleh amsal digolongkan sebagai harta yang tersembunyi, yaitu hikmat dan pengetahuan.


Akulah TUHAN, Aku akan membebaskan kamu dari kerja paksa orang Mesir dan menebus kamu dengan tangan yang teracung dan dengan hukuman-hukuman yang berat.
Keluaran 6:6

*24092019

Kamis, 09 Januari 2020

MENYAPA MALAM 2

(Tentang Aku dan Kehilangan)

Baru beberapa waktu yang lalu aku melatih diri menyapa malam,
Menyebutnya sebagai keindahan Salah Satu proses rotasi bumi

Malam itu menjadi Malam paling mencekam dan menakutkan melebihi malam-malam yang pernah aku catat
Rasa yang mematikan saling beradu,
Rasa yang kusebut takut,
Rasa yang kusebut kecewa,
Rasa yang kusebut Sesak

Tiba-tiba aku menemukan kedalaman makna sebuah frase yang selama ini terlewatkan, ketika membacanya
langit runtuh,
Awan gelap,
dan ditinggalkan sendiri

Terjaga sepanjang malam, mengharap pagi, dan kembali takut,
berharap malam segera datang hanya untuk sebuah kesesakan.

Rasa kehilangan yang begitu membebani ini ada...
karena aku merasa memiliki dan berhak atas sesuatu yang adalah titipan-Mu

Ketika dengan cara apapun diambil dari padaku
kusebut itu sebagai musibah,
kusebut itu sebagai ujian,
kusebut dengan panggilan apa saja untuk melukiskan penderitaan

Malam itu penyerahan menjadi sebuah intimidasi
Bahkan keahlianku mengampuni pun tidak melelehkan pekatnya tuduhan dalam batin
Air matapun tidak mampu menggambarkan rasa yang tak terpahami

Kalau beberapa waktu sebelumnya aku masih berani berucap

Dalam gumam dan doa kutolak sakit, kutolak kekurangan,
Supaya aku tidak dinilai seolah semua “derita” adalah hukuman bagiku
Menuntut keadilan dan kasih-Nya harus berjalan seperti matematika :
Aku rajin beribadah,
Aku rajin melayani,
Dengan segenap hati aku taat melakukan kebenaran yang aku tahu
maka selayaknya derita menjauh dariku dan hanya kenikmatanlah yang mendampingiku

Membawa deretan keinginan dalam doa dan permohonan,
Bahwa Dia yang berdaulat akan membalas “kelakuan baikku”,
dan menolak keputusan-Nya yang tidak sesuai keinginanku,

Padahal setiap hari aku berucap
setiap hembusan nafasku untuk memuliakan-Mu
Bahwa hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah
Bahwa segala milikku adalah milik-Mu

Kalau hari ini aku masih kuat, Karena
Kembali diperhadapkan pada arti "Berserah" dalam dimensi utuh
Tanpa daya, ingin dan apapun yang tersisa dari seorang aku
Selain kata yang tersumbat dalam batin
"Aku berserah, yang kali ini berarti aku tidak tahu, aku tidak mampu, aku bukan Engkau”

Hanya Engkau saja Tuhan... dan aku hanya ciptaan... lalu bersujud

*30/04/2016

Abigail Indiana

Foto saya
I am a product of GOD's Grace. Single, Simple person but will always be an extraordinary person. Just a nature, Truth lover, jazzy lover, coffee lover. Selalu mendefinisikan setiap fase hidup dengan ucapan syukur. I love my beloved Savior, He loves me unconditionally.