Kamis, 09 Januari 2020

MENYAPA MALAM 2

(Tentang Aku dan Kehilangan)

Baru beberapa waktu yang lalu aku melatih diri menyapa malam,
Menyebutnya sebagai keindahan Salah Satu proses rotasi bumi

Malam itu menjadi Malam paling mencekam dan menakutkan melebihi malam-malam yang pernah aku catat
Rasa yang mematikan saling beradu,
Rasa yang kusebut takut,
Rasa yang kusebut kecewa,
Rasa yang kusebut Sesak

Tiba-tiba aku menemukan kedalaman makna sebuah frase yang selama ini terlewatkan, ketika membacanya
langit runtuh,
Awan gelap,
dan ditinggalkan sendiri

Terjaga sepanjang malam, mengharap pagi, dan kembali takut,
berharap malam segera datang hanya untuk sebuah kesesakan.

Rasa kehilangan yang begitu membebani ini ada...
karena aku merasa memiliki dan berhak atas sesuatu yang adalah titipan-Mu

Ketika dengan cara apapun diambil dari padaku
kusebut itu sebagai musibah,
kusebut itu sebagai ujian,
kusebut dengan panggilan apa saja untuk melukiskan penderitaan

Malam itu penyerahan menjadi sebuah intimidasi
Bahkan keahlianku mengampuni pun tidak melelehkan pekatnya tuduhan dalam batin
Air matapun tidak mampu menggambarkan rasa yang tak terpahami

Kalau beberapa waktu sebelumnya aku masih berani berucap

Dalam gumam dan doa kutolak sakit, kutolak kekurangan,
Supaya aku tidak dinilai seolah semua “derita” adalah hukuman bagiku
Menuntut keadilan dan kasih-Nya harus berjalan seperti matematika :
Aku rajin beribadah,
Aku rajin melayani,
Dengan segenap hati aku taat melakukan kebenaran yang aku tahu
maka selayaknya derita menjauh dariku dan hanya kenikmatanlah yang mendampingiku

Membawa deretan keinginan dalam doa dan permohonan,
Bahwa Dia yang berdaulat akan membalas “kelakuan baikku”,
dan menolak keputusan-Nya yang tidak sesuai keinginanku,

Padahal setiap hari aku berucap
setiap hembusan nafasku untuk memuliakan-Mu
Bahwa hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah
Bahwa segala milikku adalah milik-Mu

Kalau hari ini aku masih kuat, Karena
Kembali diperhadapkan pada arti "Berserah" dalam dimensi utuh
Tanpa daya, ingin dan apapun yang tersisa dari seorang aku
Selain kata yang tersumbat dalam batin
"Aku berserah, yang kali ini berarti aku tidak tahu, aku tidak mampu, aku bukan Engkau”

Hanya Engkau saja Tuhan... dan aku hanya ciptaan... lalu bersujud

*30/04/2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Abigail Indiana

Foto saya
I am a product of GOD's Grace. Single, Simple person but will always be an extraordinary person. Just a nature, Truth lover, jazzy lover, coffee lover. Selalu mendefinisikan setiap fase hidup dengan ucapan syukur. I love my beloved Savior, He loves me unconditionally.