Keterbatasan manusia selalu menghantar kita pada satu kata bosan, atau yang sejajar artinya dan lebih populer dengan itu adalah jenuh.
Terkesan sok rohani, tapi ternyata itu adalah hal mendasar untuk kita dapat mengalami hal seberat apapun tetap dengan ucapan syukur.
Ini bisa kita nikmati tanpa usaha, cukup dengan menyadari bahwa Tuhan ada, hadir dan selalu menanti.
Aku sudah lama tahu hal ini, tapi baru bisa berbagi dengan kata-kata tepat hari ini.
Tadi siang saya ngobrol dengan teman lewat ponsel. Berawal dengan perbincangan standar, tanpa sengaja mengalir sampai pada titik tersebut.
Temenku bilang, jenuh, bosan dan gerombolannya. Rasanya pengen pergi kesebuah tempat dan suasana yang serba baru kemudian memulai segala sesuatu yang serba baru.
Ada teman lain yang sudah berhasil lolos interview disebuah instansi, yang dia idam-idamkan selama ini. Dia juga menyampaikan hal yang senada dengan temanku diatas, baru beberapa minggu bekerja, aku sudah bisa menebak bahwa aktifitasku akan begitu-begitu saja, bertemu dengan pekerjaan dan orang-orang yang sama. Dan aku bisa menebak semua akan sangan membosankan.
Tidak munafik aku juga setuju dengan pendapat bahkan hampir saja aku menyetujui pendapat klise tersebut dengan perkataan. Tapi entah kenapa saya mengganti kata persetujuan tersebut dengan melempar sebuah pertanyaan pada kedua teman, apakah dibumi ini kita bisa menemukan yang kita damba, tentang segala sesuatu yang serba baru?
Mereka hanya menarik nafas panjang…
Saya percaya hampir setiap orang pernah merasakan apa yang kedua teman saya rasakan, included me. Kadang kita bisa mengatasi kondisi hati tersebut dengan baik, tapi sering juga dengan sedikit kewalahan dan emosional.
Selama kita ada di dunia, segala kondisi kita bersumber kepada rasa. Dunia memiliki karakter dan sikap yang sama dengan Rasa, yaitu tidak kenal koma.
Perasaan kita mengembara, berkembang, ketika ada keinginan untuk ditarik supaya mengerti sampai dimana berakhir, tetap tidak berujung. Dihentikan pun, selalu ada rasa tak terduga lain yang siap menanti.
Dunia dan Rasa, selalu penuh dengan “kejutan.”
Ada kejutan yang membuat kita merasa bahagia dan penuh haru.
Tapi juga tidak jarang kejutan yang membuat kita merasa sedih, kecewa, terpuruk, depresi bahkan frustasi.
Semua selalu berbalik pada bagaimana kita menyikapi kejutan-kejutan tersebut.
Dan saat ini untuk diri sendiri aku punya jawabnya, yang kemudian aku bagi untuk kedua teman.
Hanya dengan menyadari bahwa Dia selalu ada, Dia selalu menanti, Dia selalu siap mengambil alih segala keterbatasan kita, semua terasa lebih ringan lagi. Dia mampu mengisi lubang dalam jiwa kita yang bernama bosan alias jenuh. Kemudian terkagum hanya kepadaNya.
Sepintas terkesan Tuhan egois, tapi ternyata hanya itu satu-satunya cara Tuhan untuk menunjukkan kepada kita bahwa Dia itu Nyata dan Ada.
Dari sini akan mengalir kasih yang benar-benar dahsyat yang dengan tiba-tiba mampu memunculkan kesabaran, kerendahan hati, pengampunan dan kepenuhan luar biasa di dalam Dia. Dan inilah kejutan tak terduga yang akan kita terima.
KasihNya atas kita itu nyata dan tidak terbatas oleh ruang, waktu, kondisi dan status kita.
DIA memenuhi hidup kita sebatas yang kita yakini. Sejauh mana kita menyerahkan keterbatasan kita kepada DIA yang tidak terbatas, sejauh itu pula dia akan menyempurnakan keberadaanNya di dalam kita.
Kemudian bersyukur, bersyukur dan beryukur, kekaguman yang terus menerus akan terucap dari mulut kita, dari sebuah gumam tanpa batas.
Meskipun ada hal-hal yang menjadi harapan kita yang belum terpenuhi. Ucapan syukur itu tetap bisa terus mengalir, bukan dari kita, tapi dari keterbatas kita yang sudah diambil alih.
Dalam pengertian yang dalam kita bisa dengan mudah berkata HE is more than enough.
Ada kejadian lucu yang saya alami sehubungan dengan kebiasaan saya yang satu ini. Saya biasa mengungkapkan rasa tersebut dengan “halleluya”, dari dulu.
Itu saya lakukan ketika saya dengan tiba-tiba mengingat Firman yang menguatkan. Kadang juga karena saya sedang terbawa oleh perasaan oleh sebab kondisi yang sepertinya memparadoks firman tersebut.
Sehingga dengan mudah saya bisa menelan menu paradoks yang selalu tersedia tersebut dengan ucapan syukur.
Saya bergabung dikomunitas baru.
Saya tertawa ketika tiba-tiba diberi pertanyaan, kenapa sih, setiap kali ketemu aku kok ngomong haleluya sambil menarif nafas, kayaknya tertekan gitu.
Hampir saja tawaku meledak, tapi saya coba jelaskan, itu memang kebiasaanku.
Ada teman yang bilang itu latah, ada juga teman yang bilang istiqfar. Hm, aku tidak terlalu pusing dengan pendapat itu dan menanggapinya hanya dengan senyuman.
Aku akan tetap dengan kebiasaan ini selama hal itu membuat aku mampu bersyukur dan menemukan damai dan menikmati kebersamaan dengan DIA yang ada didalamku.
Terkesan sok rohani, tapi ternyata itu adalah hal mendasar untuk kita dapat mengalami hal seberat apapun tetap dengan ucapan syukur.
Ini bisa kita nikmati tanpa usaha, cukup dengan menyadari bahwa Tuhan ada, hadir dan selalu menanti.
Aku sudah lama tahu hal ini, tapi baru bisa berbagi dengan kata-kata tepat hari ini.
Tadi siang saya ngobrol dengan teman lewat ponsel. Berawal dengan perbincangan standar, tanpa sengaja mengalir sampai pada titik tersebut.
Temenku bilang, jenuh, bosan dan gerombolannya. Rasanya pengen pergi kesebuah tempat dan suasana yang serba baru kemudian memulai segala sesuatu yang serba baru.
Ada teman lain yang sudah berhasil lolos interview disebuah instansi, yang dia idam-idamkan selama ini. Dia juga menyampaikan hal yang senada dengan temanku diatas, baru beberapa minggu bekerja, aku sudah bisa menebak bahwa aktifitasku akan begitu-begitu saja, bertemu dengan pekerjaan dan orang-orang yang sama. Dan aku bisa menebak semua akan sangan membosankan.
Tidak munafik aku juga setuju dengan pendapat bahkan hampir saja aku menyetujui pendapat klise tersebut dengan perkataan. Tapi entah kenapa saya mengganti kata persetujuan tersebut dengan melempar sebuah pertanyaan pada kedua teman, apakah dibumi ini kita bisa menemukan yang kita damba, tentang segala sesuatu yang serba baru?
Mereka hanya menarik nafas panjang…
Saya percaya hampir setiap orang pernah merasakan apa yang kedua teman saya rasakan, included me. Kadang kita bisa mengatasi kondisi hati tersebut dengan baik, tapi sering juga dengan sedikit kewalahan dan emosional.
Selama kita ada di dunia, segala kondisi kita bersumber kepada rasa. Dunia memiliki karakter dan sikap yang sama dengan Rasa, yaitu tidak kenal koma.
Perasaan kita mengembara, berkembang, ketika ada keinginan untuk ditarik supaya mengerti sampai dimana berakhir, tetap tidak berujung. Dihentikan pun, selalu ada rasa tak terduga lain yang siap menanti.
Dunia dan Rasa, selalu penuh dengan “kejutan.”
Ada kejutan yang membuat kita merasa bahagia dan penuh haru.
Tapi juga tidak jarang kejutan yang membuat kita merasa sedih, kecewa, terpuruk, depresi bahkan frustasi.
Semua selalu berbalik pada bagaimana kita menyikapi kejutan-kejutan tersebut.
Dan saat ini untuk diri sendiri aku punya jawabnya, yang kemudian aku bagi untuk kedua teman.
Hanya dengan menyadari bahwa Dia selalu ada, Dia selalu menanti, Dia selalu siap mengambil alih segala keterbatasan kita, semua terasa lebih ringan lagi. Dia mampu mengisi lubang dalam jiwa kita yang bernama bosan alias jenuh. Kemudian terkagum hanya kepadaNya.
Sepintas terkesan Tuhan egois, tapi ternyata hanya itu satu-satunya cara Tuhan untuk menunjukkan kepada kita bahwa Dia itu Nyata dan Ada.
Dari sini akan mengalir kasih yang benar-benar dahsyat yang dengan tiba-tiba mampu memunculkan kesabaran, kerendahan hati, pengampunan dan kepenuhan luar biasa di dalam Dia. Dan inilah kejutan tak terduga yang akan kita terima.
KasihNya atas kita itu nyata dan tidak terbatas oleh ruang, waktu, kondisi dan status kita.
DIA memenuhi hidup kita sebatas yang kita yakini. Sejauh mana kita menyerahkan keterbatasan kita kepada DIA yang tidak terbatas, sejauh itu pula dia akan menyempurnakan keberadaanNya di dalam kita.
Kemudian bersyukur, bersyukur dan beryukur, kekaguman yang terus menerus akan terucap dari mulut kita, dari sebuah gumam tanpa batas.
Meskipun ada hal-hal yang menjadi harapan kita yang belum terpenuhi. Ucapan syukur itu tetap bisa terus mengalir, bukan dari kita, tapi dari keterbatas kita yang sudah diambil alih.
Dalam pengertian yang dalam kita bisa dengan mudah berkata HE is more than enough.
Ada kejadian lucu yang saya alami sehubungan dengan kebiasaan saya yang satu ini. Saya biasa mengungkapkan rasa tersebut dengan “halleluya”, dari dulu.
Itu saya lakukan ketika saya dengan tiba-tiba mengingat Firman yang menguatkan. Kadang juga karena saya sedang terbawa oleh perasaan oleh sebab kondisi yang sepertinya memparadoks firman tersebut.
Sehingga dengan mudah saya bisa menelan menu paradoks yang selalu tersedia tersebut dengan ucapan syukur.
Saya bergabung dikomunitas baru.
Saya tertawa ketika tiba-tiba diberi pertanyaan, kenapa sih, setiap kali ketemu aku kok ngomong haleluya sambil menarif nafas, kayaknya tertekan gitu.
Hampir saja tawaku meledak, tapi saya coba jelaskan, itu memang kebiasaanku.
Ada teman yang bilang itu latah, ada juga teman yang bilang istiqfar. Hm, aku tidak terlalu pusing dengan pendapat itu dan menanggapinya hanya dengan senyuman.
Aku akan tetap dengan kebiasaan ini selama hal itu membuat aku mampu bersyukur dan menemukan damai dan menikmati kebersamaan dengan DIA yang ada didalamku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar