4 April 2008
Aku tersenyum ketika dengan tiba-tiba mengingat hal-hal yang pernah aku putuskan dalam hidupku. bukan keputusan yang buruk bahkan sebaliknya. Aku tersenyum karena mengingat alasan yang ternyata so simple.
Keputusan untuk meneruskan sekolah dan mengambil gelar kesarjanaan.
Beberapa kali ngobrol dengan beberapa teman aku sempat tidak konsisten dengan alasanku, beberapa alasan yang mirip dan tidak beda jauh sih. Sekedar upgrade education, melengkapi experience dengan teori, tuntutan persaingan, dan beberapa alasan sejenis seputar karir dan dunia kerja. Semula aku sangat yakin dengan alasan yang aku lontarkan. Namun anehnya ketika aku berdialog dengan diriku, tiba-tiba ada sesuatu yang menggelitik. Aku meneruskan sekolah dengan alasan untuk mengimbangi seseorang yang kelak akan aku dampingi sebagai pasangan hidupku. Percaya atau tidak ternyata itu adalah satu-satunya alasan yang ada dan tersisa dalam benakku, dan batinku membenarkannya.
I make a wish to God since Christmas, agar aku diberi kesempatan menikmati beberapa moment special dengan seseorang yang tentunya juga special. Bagaimana cara dan bentuknya aku memang sama sekali tidak kasi spec to God. Aku hanya ingat minta dua moment, Valentine & my b’ day.
Asli, hari ini aku baru inget, but Praise God! I’ve got it! Begitu jiwaku melonjak kegirangan.
13 Pebruari 2008, aku lunch sama seorang yang bagi aku cukup special dan hari itu kami menghabiskan beberapa jam kerja bersama dari pagi sampai sore, dengan obrolan-obrolan yang tidak aku ingat dengan tepat. Asli, adegan inipun bukan hal yang sudah direncanakan dengan matang, tapi just in flow, terjadi begitu saja tanpa sengaja, awalnya hanya ngobrol ringan dan cuma joke sampai kemudian memutuskan untuk jalan kemudian lunch. Mungkin, bagi orang lain ini hal biasa tapi buat aku something special. Yang pasti aku ingat hari itu cukup menyenangkan. Paling tidak ada sebuah hubungan baik yang sudah dipulihkan. Even waktunya lebih cepat sehari. Tapi ini adalah 1st moment yang aku dapat from God.
Ada sebuah kalimat yang muncul kuat dalam hatiku tentang kasih yang adalah memberi, dan didalam kasih tidak ada unsur ketakutan sebab ketakutan mengandung hukuman. Sebagai penyiar, spontan aku pakai hal tersebut sebagai bahan untuk siaran sekaligus praktek tentang apa yang saya ucapkan dan bagikan di udara, disamping ada moment pebruari yang bertema full of love.
Saya membeli sebuah gift sederhana untuk dia pada 14 Peb 2008, ide itupun muncul dengan tiba-tiba, karena saya juga mengingatnya dengan tiba-tiba. Tapi ternyata hal yang aku buat sebagai surprise, justru kebalikannya akulah yang dapat suprprise, sebab hal tersebut menimbulkan sebuah adegan berbanding terbalik dengan hari sebelumnya, dengan pertanyaan “kamu kasi ini ke aku biar apa, kenapa sih pake repot-repot segala?” sebuah pertanyaan yang cukup menampar. Saya menangkap sebuah ketakutan di wajahnya, entah praduga dalam pikirannya atau apa saya tidak tau dengan tepat. Saya hanya menangkap ada yang dia takutkan. Selanjutnya terjadi dialog sengit yang memang masuk akal, penggantian harga gift dsb, even ada beberapa joke yang aku sisipkan, tapi tetap itu sebuah adegan memalukan sekaligus mengecewakan buat saya. Karena sesuatu yang diluar harapan dan pikiranku terjadi.
Praise God, ada sesuatu yang lembut dalam batinku yang mengingatkan dan menguatkan aku bahwa aku tidak perlu malu dengan pertanyaan itu, dan spontan aku mampu menjawab tepat seperti kalimat yang aku dapat dan aku melakukannya.
“Kasih adalah memberi tanpa mengharapkan balasan, dan didalam kasih tidak ada ketakutan, sebab ketakutan mengandung hukuman” jawaban yang singkat, tidak peduli apakah hal itu bisa diterima atau tidak, yang pasti hal itu telah mengembalikan damai sejahtera dan ketenangan hatiku.
Pertanyaannya “apakah aku kecewa dengan adegan hari itu” keterbatasanku berkata ya. Tapi kasih menutupi segala sesuatu, itulah yang luar biasa.
The 2nd is, aku dapat gift tepat dihari jadiku dari orang yang sama. That’s it.
Setiap kali i ask God to confirm me someone special, selalu dia yang menggenapi. Padahal dalam setiap chat, menurutku dia cukup sibuk dengan impian dan idealismenya sendiri, serta pendapat beberapa orang yang menurut dia berperan penting dalam hidupnya, even diakhiri dengan kalimat bijak, tapi itu tidak mengubah keinginan hatinya. Dia tidak pernah mengharapkan aku menjadi pendampingnya kelak, dan menurutku berarti dia bukan orang yang tepat, sebab kita tidak pernah berjalan seiring untuk menjalankan visi yang sama.
Bisa dibilang aku sama sekali tidak berarti dan berpengaruh bagi hidupnya. Asli, aku sudah tahu dari dulu, tapi bersyukur aku tidak pernah menyesal dengan apa yang aku lakukan, karena aku sadar, aku hanya berusaha semampuku untuk tetap hidup benar dan menjadi lebih baik setiap waktu, tanpa peduli apa yang orang lain pikirkan. Selebihnya ada hati yang berserah dan bersyukur karena ada kesempatan untuk diproses dalam kesempurnaan dan menjadi lebih indah.
Really, dari dulu, bukan hanya satu dua kali, tapi berkali-kali dia menggenapi hal-hal yang aku minta ke God. dan itu hanya aku simpan dalam hati. Yang tau cuma God, me, and him. Termasuk ketika aku minta untuk hanya didekatkan dengan orang yang nanti ada di masa depanku dan dijauhkan dari orang yang tidak akan pernah ada dimasa depanku kelak.
Jodoh, berkat dan maut itu misteri Tuhan. Pasti kita tidak asing dengan kalimat ini. Aku juga sering dengar kalimat itu, tapi yang berulang aku dengar jodoh itu misteri Tuhan, aku juga pernah dengar dari dia.
Sesuatu yang dari God, adalah hal yang harus disepakati oleh orang-orang bersangkutan yang ada dalam rancangan terindahNya. Kalau salah satu tidak sepakat, tidak akan ditemui rancangan terindahNya, yang ada hanya rancangan terindah kita, bisa jadi kamuflase, karena sifatnya sementara.
Hari ini ada sedikit pemberesan yang aku buat dari kesalah mengertian minggu kemarin, begitulah kadang-kadang aku menuduh dia sering bermain dengan pikirannya kemudian menjadi takut. Sementara aku juga sering menjawab pertanyaanku sendiri dalam sebuah praduga. Dan setelah dibereskan ternyata itupun juga adalah sebuah kesalahan.
Aku tersenyum ketika dengan tiba-tiba mengingat hal-hal yang pernah aku putuskan dalam hidupku. bukan keputusan yang buruk bahkan sebaliknya. Aku tersenyum karena mengingat alasan yang ternyata so simple.
Keputusan untuk meneruskan sekolah dan mengambil gelar kesarjanaan.
Beberapa kali ngobrol dengan beberapa teman aku sempat tidak konsisten dengan alasanku, beberapa alasan yang mirip dan tidak beda jauh sih. Sekedar upgrade education, melengkapi experience dengan teori, tuntutan persaingan, dan beberapa alasan sejenis seputar karir dan dunia kerja. Semula aku sangat yakin dengan alasan yang aku lontarkan. Namun anehnya ketika aku berdialog dengan diriku, tiba-tiba ada sesuatu yang menggelitik. Aku meneruskan sekolah dengan alasan untuk mengimbangi seseorang yang kelak akan aku dampingi sebagai pasangan hidupku. Percaya atau tidak ternyata itu adalah satu-satunya alasan yang ada dan tersisa dalam benakku, dan batinku membenarkannya.
I make a wish to God since Christmas, agar aku diberi kesempatan menikmati beberapa moment special dengan seseorang yang tentunya juga special. Bagaimana cara dan bentuknya aku memang sama sekali tidak kasi spec to God. Aku hanya ingat minta dua moment, Valentine & my b’ day.
Asli, hari ini aku baru inget, but Praise God! I’ve got it! Begitu jiwaku melonjak kegirangan.
13 Pebruari 2008, aku lunch sama seorang yang bagi aku cukup special dan hari itu kami menghabiskan beberapa jam kerja bersama dari pagi sampai sore, dengan obrolan-obrolan yang tidak aku ingat dengan tepat. Asli, adegan inipun bukan hal yang sudah direncanakan dengan matang, tapi just in flow, terjadi begitu saja tanpa sengaja, awalnya hanya ngobrol ringan dan cuma joke sampai kemudian memutuskan untuk jalan kemudian lunch. Mungkin, bagi orang lain ini hal biasa tapi buat aku something special. Yang pasti aku ingat hari itu cukup menyenangkan. Paling tidak ada sebuah hubungan baik yang sudah dipulihkan. Even waktunya lebih cepat sehari. Tapi ini adalah 1st moment yang aku dapat from God.
Ada sebuah kalimat yang muncul kuat dalam hatiku tentang kasih yang adalah memberi, dan didalam kasih tidak ada unsur ketakutan sebab ketakutan mengandung hukuman. Sebagai penyiar, spontan aku pakai hal tersebut sebagai bahan untuk siaran sekaligus praktek tentang apa yang saya ucapkan dan bagikan di udara, disamping ada moment pebruari yang bertema full of love.
Saya membeli sebuah gift sederhana untuk dia pada 14 Peb 2008, ide itupun muncul dengan tiba-tiba, karena saya juga mengingatnya dengan tiba-tiba. Tapi ternyata hal yang aku buat sebagai surprise, justru kebalikannya akulah yang dapat suprprise, sebab hal tersebut menimbulkan sebuah adegan berbanding terbalik dengan hari sebelumnya, dengan pertanyaan “kamu kasi ini ke aku biar apa, kenapa sih pake repot-repot segala?” sebuah pertanyaan yang cukup menampar. Saya menangkap sebuah ketakutan di wajahnya, entah praduga dalam pikirannya atau apa saya tidak tau dengan tepat. Saya hanya menangkap ada yang dia takutkan. Selanjutnya terjadi dialog sengit yang memang masuk akal, penggantian harga gift dsb, even ada beberapa joke yang aku sisipkan, tapi tetap itu sebuah adegan memalukan sekaligus mengecewakan buat saya. Karena sesuatu yang diluar harapan dan pikiranku terjadi.
Praise God, ada sesuatu yang lembut dalam batinku yang mengingatkan dan menguatkan aku bahwa aku tidak perlu malu dengan pertanyaan itu, dan spontan aku mampu menjawab tepat seperti kalimat yang aku dapat dan aku melakukannya.
“Kasih adalah memberi tanpa mengharapkan balasan, dan didalam kasih tidak ada ketakutan, sebab ketakutan mengandung hukuman” jawaban yang singkat, tidak peduli apakah hal itu bisa diterima atau tidak, yang pasti hal itu telah mengembalikan damai sejahtera dan ketenangan hatiku.
Pertanyaannya “apakah aku kecewa dengan adegan hari itu” keterbatasanku berkata ya. Tapi kasih menutupi segala sesuatu, itulah yang luar biasa.
The 2nd is, aku dapat gift tepat dihari jadiku dari orang yang sama. That’s it.
Setiap kali i ask God to confirm me someone special, selalu dia yang menggenapi. Padahal dalam setiap chat, menurutku dia cukup sibuk dengan impian dan idealismenya sendiri, serta pendapat beberapa orang yang menurut dia berperan penting dalam hidupnya, even diakhiri dengan kalimat bijak, tapi itu tidak mengubah keinginan hatinya. Dia tidak pernah mengharapkan aku menjadi pendampingnya kelak, dan menurutku berarti dia bukan orang yang tepat, sebab kita tidak pernah berjalan seiring untuk menjalankan visi yang sama.
Bisa dibilang aku sama sekali tidak berarti dan berpengaruh bagi hidupnya. Asli, aku sudah tahu dari dulu, tapi bersyukur aku tidak pernah menyesal dengan apa yang aku lakukan, karena aku sadar, aku hanya berusaha semampuku untuk tetap hidup benar dan menjadi lebih baik setiap waktu, tanpa peduli apa yang orang lain pikirkan. Selebihnya ada hati yang berserah dan bersyukur karena ada kesempatan untuk diproses dalam kesempurnaan dan menjadi lebih indah.
Really, dari dulu, bukan hanya satu dua kali, tapi berkali-kali dia menggenapi hal-hal yang aku minta ke God. dan itu hanya aku simpan dalam hati. Yang tau cuma God, me, and him. Termasuk ketika aku minta untuk hanya didekatkan dengan orang yang nanti ada di masa depanku dan dijauhkan dari orang yang tidak akan pernah ada dimasa depanku kelak.
Jodoh, berkat dan maut itu misteri Tuhan. Pasti kita tidak asing dengan kalimat ini. Aku juga sering dengar kalimat itu, tapi yang berulang aku dengar jodoh itu misteri Tuhan, aku juga pernah dengar dari dia.
Sesuatu yang dari God, adalah hal yang harus disepakati oleh orang-orang bersangkutan yang ada dalam rancangan terindahNya. Kalau salah satu tidak sepakat, tidak akan ditemui rancangan terindahNya, yang ada hanya rancangan terindah kita, bisa jadi kamuflase, karena sifatnya sementara.
Hari ini ada sedikit pemberesan yang aku buat dari kesalah mengertian minggu kemarin, begitulah kadang-kadang aku menuduh dia sering bermain dengan pikirannya kemudian menjadi takut. Sementara aku juga sering menjawab pertanyaanku sendiri dalam sebuah praduga. Dan setelah dibereskan ternyata itupun juga adalah sebuah kesalahan.
Dari beberapa adegan yang saya alami diatas muncul sebuah ringkasan, ternyata segala tanda yang pernah ada, tetap harus ada keinginan dari dua buah pihak, kalau keinginan untuk bersama tidak pernah ada, even setiap adegan di sertai dengan tanda se-ajaib apapun, tetap tidak akan pernah bersatu. Mungkin lebih baik keinginan untuk bersama yang muncul, dan tanda bias menjadi konfirmasi terbaik. Yang terbaik tetap datang dari DIA yang selalu merencakan segala hal yang baik bagi kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar