Aku bahagia hari ini.
Ada damai, sukacita yang begitu adem mengalir. Jiwaku berkata., aku memuji TUHAN yang telah memberi nasihat kepadaku, ya pada waktu malam hati nuraniku mengajariku. Engkau memberitahukan kepadaku jalankehidupan, dihadapanMu ada sukacita berlimpah-limpah, ditangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa. Sudah sekitar satu bulan ini aku melalui hari yang begitu berat, sepertinya lebih berat dari hari-hari sebelumnya yang aku pernah bilang berat. Memang rasanya semakin hari semakin berat, namanya juga perjalanan. Mungkin karena dunia yang semakin tua dan TUHAN yang begitu sayang sama aq (orang sirik komentar GR.., jiwaku menjawab biar aja…hehe).Tuhan setia mengajar, menegur dan mengoreksi aku. Mengajari aku introspeksiprilaku dan tutur kata yang pernah meluncur dari lidahku. Yang tanpa sengaja dan tujuan apapun sudah melukai teman yang pernah berbagi cerita dengan aku. Ah, mereka terlalu banyak yang sungkan dengan aku, apalagi untuk menegur aku dengan kasih untuk sesuatu yang lebih baik dimasa yang akan datang. Mereka lebih memilih berkomunitas dan bersekutu mendiskusikan kesalah mengertian mereka terhadap aku dalam kepahitan. Aq pernah menangkap kalimat dalam suatu percakapan dengan beberapa teman, yang jika diteliti ulang ternyata mereka menyatakan kalimat yang mengandung sesuatu untuk aku. Sekilas terkesan bijak, karena mereka bertutur sepertinya dalam kelemahan dan kepasrahan tapi ternyata mengandung sesuatu. Aku tidak berani mengatakan apa tepatnya sesuatu itu, inti dari kalimat itu rata-rata berkata sok. Jenisnya beragam, ada yang ingin menyampaikan sok dipakai Tuhan, ada yang mau menyampaikan sok putih ato sok suci, etc,
Itu yang aku tangkap. Bebal! Aku mengumpat diriku seperti itu. Ternyata aku dungu, seharusnya saat itu juga aq bertanya “aku seperti itu ya?” tapi ini tidak. Dasar otak Pentium 0, ato aq memang ga mudengan kayak anak kecil. Yang aku bersyukur, sampai dengan saat ini aq ga pahit dengan itu semua. Tapi yang aq sayangkan masih belum ada yang bersedia menjadi saudara yang bisa menegur aq ato sekedar mengingatkan jika aq ada kesalahan. Mungkin mereka kurang menyadari bahwa hal ini sangat mempengaruhi atmosfer lingkungan sekitar. Karena bagi sebagian orang yang hanya mendengar secuil info terpacu untuk berpikir banyak sehingga merasa banyak tau. Dan bagi sebagian orang hal ini dianggap sebagai sebuah kebenaran baru yang sangat menggairahkan dalam memandang seseorang. Tentang kebenarannyaitu nomer kesekian yang penting blow up-nya. Sampai saat ini masih terbaca kebencian yang mengakar, right! aku pernah melakukankecerobohan dengan lidahku dimasa lalu. tapi aq juga sering mengucapkan kata maaf dengan tiba-tiba, malah kadang dalam suasana yang kurang tepat bagi kami (aku dan mereka), tapi tepat buat aku.Sebab kata maaf yang keluar dari aku tidak meluncur begitu saja, tapi biasanya berawal dari introspeksi (karya Sang PENJUNAN yang me-rework hatiku). Dan aku menerima jawab mereka dengan penuh kelegaan, karena menurutku ketulusan yang sebenarnya yang diberikan pada waktu itu.Tapi ternyata dari perbincangan masih sering terbaca kemarahan yang tidak disadari. Sebenarnya aku bisa tidak memperhatikan hal ini, karena yang menentukan bahagia dan tidaknya hatiku adalah diriku sendiri, tapi terus terang tetap terganggu.Aq punya temen share, orangnya easy going jadi sangat jarang aku ketemu dia melo. Banyak sekali celetukan dia yang bikin aku geli. Aku benci bahasamu terlalu rumit, terlalu tinggi, mbok yang simple gitu lo biar aq ga pusing. Kadang dia juga bilang kalimat yang sangat mengagetkan, dasar orang aneh, dicritain apa-apa gampang percaya, ngga irinan, spontan.ha4 kalo udah gitu aq cuma jawab, trus pie wong tinggal dengerin ‘n ngga dimintain pendapat. Waduh, too much, tapi thanks banget sist, aku bersyukur memiliki kamu, paling tidak aku ketemu sekeping cermin diriku dari kamu. Aku besyukur karena dia bersediamendeskripsikan diriku hanya dengan beberapa kalimat tapi berarti semua. Daripada aku dengar orang bilang, eh kamu dikatain dia begini, ato mereka bilang kamu begitu, dan semua tentang keburukan yang belum tentu kebenarannya. Kebanyakan dengan nada marah karena salah mengerti bahkan ada yang berisi fitnah… neraka banget kalo denger itu. Makanya aku sering menghentikan mereka, “sudah, besok lagi kalo kamu denger apapun tentang aq, yang baik ato yang buruk simpen buat kamu saja, tidak perlu disampaikan, kamu punya hak untuk kasi pendapat, aku tidak memerlukan pengakuan tentang pembenaran, apalagi pembelaan, aku juga tidak akan melakukan jumpa pers untuk klarifikasi, cape deh…tapi thanks untuk perhatiannya” begitu aqtutup kalimatku.Sebab aq sendiri kurang jelas dengan maksudnya, ya semua orang punya caranya masing-masing dan bebas mengekpresikan perasaannya, begitupun aku, bebas menentukan keputusan dalam ber-reaksi. Yang pasti aku akan memilih sesuatu yang tidak melukai diriku sendiri untuk hal-hal sepele seperti itu, meskipun dampaknyaakan sangat tidak baik. Adakalanya aku tidak sekokoh itu dalam mengambil keputusan, pada waktu lemah aku bisa langsung terjebak dalam ketidak mengertian yang sering membuat aku semakin terpuruk.Pada waktu kuat aku sering berkata dalam kepolosan, eh ternyata bagi sebagian orang ada permainan yang mengasikan dalam puzzle sas-sus dan ketidak pastian, kemudian bertanya dengan diri sendiri, diluar sana ada cerita apa lagi ya tentang aku. haha kayak iklan dancow.
Ada damai, sukacita yang begitu adem mengalir. Jiwaku berkata., aku memuji TUHAN yang telah memberi nasihat kepadaku, ya pada waktu malam hati nuraniku mengajariku. Engkau memberitahukan kepadaku jalankehidupan, dihadapanMu ada sukacita berlimpah-limpah, ditangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa. Sudah sekitar satu bulan ini aku melalui hari yang begitu berat, sepertinya lebih berat dari hari-hari sebelumnya yang aku pernah bilang berat. Memang rasanya semakin hari semakin berat, namanya juga perjalanan. Mungkin karena dunia yang semakin tua dan TUHAN yang begitu sayang sama aq (orang sirik komentar GR.., jiwaku menjawab biar aja…hehe).Tuhan setia mengajar, menegur dan mengoreksi aku. Mengajari aku introspeksiprilaku dan tutur kata yang pernah meluncur dari lidahku. Yang tanpa sengaja dan tujuan apapun sudah melukai teman yang pernah berbagi cerita dengan aku. Ah, mereka terlalu banyak yang sungkan dengan aku, apalagi untuk menegur aku dengan kasih untuk sesuatu yang lebih baik dimasa yang akan datang. Mereka lebih memilih berkomunitas dan bersekutu mendiskusikan kesalah mengertian mereka terhadap aku dalam kepahitan. Aq pernah menangkap kalimat dalam suatu percakapan dengan beberapa teman, yang jika diteliti ulang ternyata mereka menyatakan kalimat yang mengandung sesuatu untuk aku. Sekilas terkesan bijak, karena mereka bertutur sepertinya dalam kelemahan dan kepasrahan tapi ternyata mengandung sesuatu. Aku tidak berani mengatakan apa tepatnya sesuatu itu, inti dari kalimat itu rata-rata berkata sok. Jenisnya beragam, ada yang ingin menyampaikan sok dipakai Tuhan, ada yang mau menyampaikan sok putih ato sok suci, etc,
Itu yang aku tangkap. Bebal! Aku mengumpat diriku seperti itu. Ternyata aku dungu, seharusnya saat itu juga aq bertanya “aku seperti itu ya?” tapi ini tidak. Dasar otak Pentium 0, ato aq memang ga mudengan kayak anak kecil. Yang aku bersyukur, sampai dengan saat ini aq ga pahit dengan itu semua. Tapi yang aq sayangkan masih belum ada yang bersedia menjadi saudara yang bisa menegur aq ato sekedar mengingatkan jika aq ada kesalahan. Mungkin mereka kurang menyadari bahwa hal ini sangat mempengaruhi atmosfer lingkungan sekitar. Karena bagi sebagian orang yang hanya mendengar secuil info terpacu untuk berpikir banyak sehingga merasa banyak tau. Dan bagi sebagian orang hal ini dianggap sebagai sebuah kebenaran baru yang sangat menggairahkan dalam memandang seseorang. Tentang kebenarannyaitu nomer kesekian yang penting blow up-nya. Sampai saat ini masih terbaca kebencian yang mengakar, right! aku pernah melakukankecerobohan dengan lidahku dimasa lalu. tapi aq juga sering mengucapkan kata maaf dengan tiba-tiba, malah kadang dalam suasana yang kurang tepat bagi kami (aku dan mereka), tapi tepat buat aku.Sebab kata maaf yang keluar dari aku tidak meluncur begitu saja, tapi biasanya berawal dari introspeksi (karya Sang PENJUNAN yang me-rework hatiku). Dan aku menerima jawab mereka dengan penuh kelegaan, karena menurutku ketulusan yang sebenarnya yang diberikan pada waktu itu.Tapi ternyata dari perbincangan masih sering terbaca kemarahan yang tidak disadari. Sebenarnya aku bisa tidak memperhatikan hal ini, karena yang menentukan bahagia dan tidaknya hatiku adalah diriku sendiri, tapi terus terang tetap terganggu.Aq punya temen share, orangnya easy going jadi sangat jarang aku ketemu dia melo. Banyak sekali celetukan dia yang bikin aku geli. Aku benci bahasamu terlalu rumit, terlalu tinggi, mbok yang simple gitu lo biar aq ga pusing. Kadang dia juga bilang kalimat yang sangat mengagetkan, dasar orang aneh, dicritain apa-apa gampang percaya, ngga irinan, spontan.ha4 kalo udah gitu aq cuma jawab, trus pie wong tinggal dengerin ‘n ngga dimintain pendapat. Waduh, too much, tapi thanks banget sist, aku bersyukur memiliki kamu, paling tidak aku ketemu sekeping cermin diriku dari kamu. Aku besyukur karena dia bersediamendeskripsikan diriku hanya dengan beberapa kalimat tapi berarti semua. Daripada aku dengar orang bilang, eh kamu dikatain dia begini, ato mereka bilang kamu begitu, dan semua tentang keburukan yang belum tentu kebenarannya. Kebanyakan dengan nada marah karena salah mengerti bahkan ada yang berisi fitnah… neraka banget kalo denger itu. Makanya aku sering menghentikan mereka, “sudah, besok lagi kalo kamu denger apapun tentang aq, yang baik ato yang buruk simpen buat kamu saja, tidak perlu disampaikan, kamu punya hak untuk kasi pendapat, aku tidak memerlukan pengakuan tentang pembenaran, apalagi pembelaan, aku juga tidak akan melakukan jumpa pers untuk klarifikasi, cape deh…tapi thanks untuk perhatiannya” begitu aqtutup kalimatku.Sebab aq sendiri kurang jelas dengan maksudnya, ya semua orang punya caranya masing-masing dan bebas mengekpresikan perasaannya, begitupun aku, bebas menentukan keputusan dalam ber-reaksi. Yang pasti aku akan memilih sesuatu yang tidak melukai diriku sendiri untuk hal-hal sepele seperti itu, meskipun dampaknyaakan sangat tidak baik. Adakalanya aku tidak sekokoh itu dalam mengambil keputusan, pada waktu lemah aku bisa langsung terjebak dalam ketidak mengertian yang sering membuat aku semakin terpuruk.Pada waktu kuat aku sering berkata dalam kepolosan, eh ternyata bagi sebagian orang ada permainan yang mengasikan dalam puzzle sas-sus dan ketidak pastian, kemudian bertanya dengan diri sendiri, diluar sana ada cerita apa lagi ya tentang aku. haha kayak iklan dancow.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar