Untuk segala sesuatu yang mengandung proses perubahan
didunia ini perlu waktu. Kita harus berani melihat pada diri sendiri, hal-hal
apa yang sekiranya harus kita ubah dan berakibat kebaikan. Tapi
seringkali kita justru takut untuk menghadapi kebenaran tentang diri sendiri.
Padahal kita tahu bahwa kebenaran
akan memerdekakan kita, tetapi sering kali kebenaran
membuat kita sakit lebih dulu. Rasa takut terhadap kemungkinan
yang kita temukan tentang
berbagai cacat dari karakter kita, telah membuat kita tetap
tinggal di dalam penjara penyangkalan dibanding mengakui
dengan jujur atas kekurangan tsb. Hanya ketika Allah diizinkan untuk
memancarkan terang kebenaran-Nya atas kesalahan, kegagalan, dan kesukaran kita, baru
kita bisa mulai mengatasinya.
Karena
itu kita tidak bisa bertumbuh tanpa sikap rendah hati dan mau diajar.
Pertumbuhan adalah sebuah proses, bukan sekedar peristiwa. Setiap proses pertumbuhan selalu mengandung rasa sakit, ketidaknyamanan, bahkan rasa menakutkan. Tidak
ada pertumbuhan tanpa perubahan; tidak ada perubahan tanpa ketakutan atau
kehilangan; dan tidak ada kehilangan tanpa rasa sakit. Setiap perubahan bisa
menimbulkan semacam rasa kehilangan: Kita harus membiarkan pergi cara-cara lama yang biasa kita gunakan untuk mengalami yang baru. Yang sering terjadi, kita merasa sayang dan
takut kehilangan cara-cara lama, walaupun kita tahu cara-cara
lama itu menipu diri sendiri. Seperti sepasang sepatu yang jebol, sepatu tersebut
setidaknya nyaman dan terbiasa dipakai.
Orang sering membangun identitas
di sekitar kelemahan mereka. Bagi yang sudah berkeluarga dan
memiliki anak akan berkata, "Persis seperti aku kalau ia
sedang... " atau "Seperti itulah aku." Kecemasan yang tidak disadari itu adalah
“jika saya membuang kebiasaan saya, luka hati saya, atau kesukaran saya, akan
seperti apa saya?” Ketakutan itu bisa memperlambat pertumbuhan Anda secara
pasti.
Kebiasaan
membutuhkan waktu untuk berkembang. Kita perlu
mengingat
bahwa karakter merupakan hasil dari kebiasaan-kebiasaan kita.
Orang lain akan menyebut kita baik ketika mereka melihat
kita
mempunyai kebiasaan, berbuat kebaikan
bahkan tanpa memikirkannya. Kita dinilai berintegritas oleh
orang lain, ketika kita memiliki kebiasaan hidup jujur.
Satu-satunya cara mengembangkan karakter serupa
Kristus adalah dengan mempraktikannya setiap hari dan membutuhkan waktu!
Tidak
ada kebiasaan-kebiasaan instan.
Paulus mendorong Timotius, "Lakukan
hal-hal ini. Abdikan hidupmu untuk melakukannya sehingga semua orang bisa
melihat kemajuanmu.”
Pengulangan
merupakan induk dari karakter dan keterampilan. Jika kita
mempraktikkan sesuatu berulang-ulang tanpa menjadi jemu, kita akan
mahir melakukannya.
Jadi pada hematnya, cara terbaik melewati proses adalah menikmatinya,
selangkah demi selangkah, dengan sebuah keyakinan, bahwa kita sedang melewati
jalan ini menuju suatu kehidupan yang lebih baik dan lebih penting. Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu
Ia,
yang memulai
pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya. (Filipi 1:6).
Indie 18/03/18
Tidak ada komentar:
Posting Komentar